Saturday, January 30, 2016

Manusia dan Tuhan

Hiburkanlah, hiburkanlah hati umat-Ku
Tenangkanlah hati Yerusalem
dan serukanlah kepadanya.
Bahwa perhambaannya sudah berakhir
Bahwa kesalahannya telah diampuni
Sebab ia telah menerima hukuman dari tangan Tuhan
dua kali lipat atas segala dosanya.

Ada suara berseru-seru,
"Persiapkanlah di padang gurun jalan untuk Tuhan
luruskanlah jalan di padang belantara
jalan raya bagi Allah kita!
Setiap lembah harus ditutup,
dan setiap gunung dan bukit diratakan,
tanah yang berbukit-bukit harus menjadi tanah yang rata
dan tanah yang berlekuk-lekuk menjadi dataran,
maka kemuliaan Tuhan akan dinyatakan
dan seluruh umat manusia melihatnya bersama-sama
sungguh Tuhan sendiri telah menyatakannya."

Ada suara yang berkata : "Berserulah!"
Jawabku : "Apa yang harus kuserukan?"
"Seluruh umat manusia adalah seperti rumput
dan semua semaraknya seperti bunga di padang
Rumput menjadi kering
Bunga menjadi layu
tetapi firman Allah kita
Tetap untuk selama-lamanya."

Friday, January 15, 2016

Takdir

Kau tahu tidak? Aku berpikir kita ini "ada" karena takdir. Kau tidak bisa memilih untuk diciptakan atau tidak diciptakan. Aku tidak bisa memilih bertubuh kekar, gagah dan tampan. Kau sama! Lalu aku berpikir lagi, mungkin kepercayaan kita juga takdir. Tergantung dari lingkungan disekitarmu dan orang-orang disekelilingku. Kita memahami buku yang berada didepan kita dengan bahasa kita. Kalaupun buku itu berubah, dan pemahaman kita jadi berbeda, dan kepercayaan kita beralih kepada buku yang lain. Kuanggap itu proses takdir.

Lalu kau tahu kan kejadian kemarin? Di Gedung Sarinah, Jakarta dilanda teror. Aku membayangkan orang-orang yang terluka, ketakutan. Katanya terdengar ledakan, tembakan beberapa kali. Aku kurang tahu tepatnya karena informasi yang kudapat berbeda-beda. Yang jelas suamiku dan semua staff yang berada di kantor pulang lebih awal. Dua puluh orang terluka, 5 pelaku tewas dan dua orang warga Indonesia serta Asing meninggal dunia. Kupikir warga akan ketakutan dan jalanan terasa lengang dua tiga hari. Ternyata tidak! Polisi dan rakyat bersatu dengan slogan khas '#Kami tidak takut'. Indonesia memang luar biasa. Aku bangga dan percaya Indonesia melaju menjadi salah satu negara super beberapa tahun ke depan.

Ada hal lain yang mengganjal dihatiku. Kau pun tahu aku ragu mengatakannya. Kupikir kau akan marah karena mungkin bertentangan dengan prinsipmu. Sekarang akan kuutarakan padamu. Karena banyak orang telah melakukan trik ini. Namun tidak sadar akibatnya. Malahan jumlah mereka terus menerus bertambah makin banyak. Aku tidak mau negeri kita terpecah-pecah di adu domba. Parahnya mereka yang melakukan tidak menyadarinya.

Aku tahu kamu akan semakin penasaran jika tidak kukatakan sekarang. Ini adalah kekuatan sebuah berita, sebuah cerita, sebuah gambar atau sebuah foto. Berisi tentang korban yang mengerikan atau menyedihkan namun tidak berhenti sampai di situ. Ini mewakili suatu kelompok. Pelaku yang menyebabkan hal ini terjadi juga mewakili suatu kelompok. Kupikir kamu mulai paham arah pembicaraanku ini. Kemungkinan besar ketika kau melihat akan menjadi sangat sedih dan menangis. Kamu akan bersimpati pada kelompok itu. Apalagi jika kamu berada pada kelompok yang sama dengan mereka. Entah agama, ras atau suku. Otomatis kamu membenci pihak lain yang kejam sesuai berita itu. Kadang kebencian itu sedikit meluap terhadap suku atau agama tertentu misalnya. Lalu kamu menularkan pada orang-orang yang berada dalam kelompokmu. Jika kamu mendapatkan berita itu di sosmed, tanpa diminta kau gerakkan jarimu klik 'share'. Jika kau mendapatkan dari tv atau koran, kamu berdiskusi.
Kuharap kau tidak marah padaku. Namun kukatakan padamu ketika kau klik 'share', kau telah menginfeksi orang-orang itu. Bagi Indonesia itu seperti virus, yang menyebar cepat.

Banyak orang yang membenci dengan levelnya masing-masing. Aku ingin tahu apakah kau turut membenciku? Kepercayaan kita berbeda. Itu takdir. Aku hanya memohon padamu. Jangan lakukan ini. Bisa saja kamu tidak benar-benar mengerti karena tidak berada di sana. Atau bahkan perang itu sudah terjadi sebelum aku lahir. Yang tidak pernah seratus persen kita pahami. Karena perang selalu mengerikan.

Jika kita ada di sana dan bisa menolong. Maka akan kita lakukan. Bila tidak, tolong jangan memperkeruh. Mungkin kau tidak berniat. Namun jangan sampai belas kasihanmu itu mengubahmu seperti pelaku yang kau benci. Atau mengubah orang yang kau infeksi. Kita tidak ingin menarik kejadian seram itu ke Indonesia.

Kau tahu aku bukan orang yang aktif di sosmed. Bahkan facebook milikku sempat mati hidup beberapa tahun. Teman-temanku tidak sebanyak dirimu. Maka kau sangat berarti bagiku. Beberapa waktu lalu aku membaca sebuah 'share'. Berkisah tentang "donat malang". Sebenarnya hanya merupakan kisah perbedaan pendapat dari dua orang. Lagi-lagi membawa nama dua kelompok. Mungkin tokoh yang diceritakan sudah lupa bahkan berbaikan. Namun bola ini terus digulirkan. Dan tidak sengaja dapat memicu provokasi. Ini hanyalah contoh kecil. Kuharap temanku yang iseng klik 'share' itu tidak marah ketika membaca tulisan ini.

Kau pasti sangat marah sekarang.  Aku tidak melarangmu tetap eksis. Aku juga tidak melarangmu klik 'share'. Pilihlah yang menyembuhkan banyak orang. Hal yang tidak dapat kita tolak adalah takdir. Namun hal yang bisa kita pilih untuk melakukan atau tidak melakukan bukanlah takdir.

Saturday, January 2, 2016

Hadasa ( Episode 2 )

Sambungan cerita bersambung 31 Desember 2015

Sebelum senja mulai merambat, aku akan melewati lorong tadi. Yang kau lalui dalam sepi siang. Kamu ingat kan? Tepat di jalan besar, tempat kau merasa lega setelah memasuki gang sempit itu. Tengoklah sebentar ke sebelah. Di sana akan kau temukan pohon-pohon berdaun lebar yang berkerumun. Batangnya yang cokelat kasar mengingatkanku pada dinding rumah. Lihatlah, ada tanah lapang luas tersembunyi di dalamnya. Anak-anak sebaya kita berlarian dengan riang gembira. Jangan heran jika semuanya anak laki-laki. Bola dan layang-layang bersahabat di sini.

Aku tidak menyukai bola. Bagiku ia terlalu agresif dan kasar. Beberapa kali lambungannya mengenai kepala, kaki, tangan dan tubuhku.

Tapi layang-layang adalah favoritku. Untuknya aku rela berada di sini. Menghabiskan siang sampai sore turun dan pulang ke rumah. Jika kamu memandang sekeliling. Pandanganmu akan terpaku pada sebuah pohon besar berdaun kecil dengan akar berjuntai-juntai di ujung sana. Itu markasku. Tempat tersunyi dan jauh dari lapangan. Di sana aku bebas memandang angkasa. Penuh layang-layang! Untungnya tempat itu selalu kosong. Kurasa Tuhan membuatnya khusus untukku. Dan kau tidak boleh iri mendengar ini karena aku istimewa dimatanya. Suatu ketika seorang anak laki-laki melambai-lambaikan tangan kearahku. "Bolehkan aku minta tolong kamu untuk memegang sebentar layang-layangku? Aku agak lelah dan mau duduk sebentar."

Entahlah.. Kurasa ia berbohong mengatakan itu. Aku merasa ia sedang memberiku kesempatan memegang layang-layang yang sedang terbang tinggi. Yang jelas aku senang sekali. Lagipula hal itu terulang beberapa kali. Membuatku ingin memiliki layang-layangku sendiri. Menerbangkannya sendiri.

Aku memperolehnya dari nenek. Ia membeli di toko om Siang sepulang dari pasar. Semua orang memanggilnya begitu karena ia selalu bangun kesiangan.

Lalu dengan layang-layangku, apakah kau pikir itu berhasil? Tentu saja tidak! Aku sampai kelelahan berlari keliling lapangan. Dan layang-layang itu hanya sedikit lebih tinggi dari kepalaku. Bahkan kurasa ia membenciku dengan menukikkan dirinya ke tanah berulang-ulang.

Tiba-tiba seorang kakak berbadan tinggi mendatangiku dengan raut muka marah.
"Kau tau apa artinya 'bastard'*?"
Aku menunduk sambil menggelengkan kepala.
"Itu adalah sebutan untuk anak sepertimu", katanya berapi-api. Seorang anak laki-laki lain membelaku dihadapannya. Anak yang waktu itu mempersilahkanku memegang layang-layangnya. Aku menghela napas lega bisa menjauh dari kakak galak itu.

Senja telah tiba dan bayang-bayang pohon menjauh. Aku berlari pulang ke rumah dengan hati gundah. Memikirkan layang-layangku yang tidak mau terbang. Mungkin sebaiknya aku kembali seperti biasa. Mengamati dari markasku.

bersambung....



Friday, January 1, 2016

Tempat Parkir Keren Buatan Sendiri!

Selamat Tahun Baru 2016...

Gagasan ini berasal dari temanku yang cantik Dian Cecilia. Beberapa waktu lalu ia berbagi ide antik berjudul, "Nggo Anak Lanang" (untuk anak laki-laki). Mainan buatan sendiri, berasal dari kardus bekas.

Gambar-gambar contoh yang disertakan:



























Dengan koleksi mobil berlimpah, ciptakan area mobil mini sendiri. Tempat parkir, jalan raya dan seluncur!



Gambar setengah jadi


Gambar jadi



Add caption








Maen berdua
Suasana sesungguhnya saat mereka main adalah kapal pecah!
Yang membentuk, yang melihat, yang memberi dan yang menerima. Berada di jaman serba cepat, kadang kala perlu melawan arus, menghindari yang instan dan mengutamakan proses.

Aku merekatkan, Jacky mengecat, Richie memberi gagasan papan nama.