Friday, December 30, 2016

Berani Bermimpi Lebih

Kapasitas kita berbeda dengan kapasitas Tuhan. Kadang cita-cita, kubayangkan seberapa jauh aku sanggup merengkuhnya. Seberapa besar kemampuan yang kau miliki. Menjadi landasan dasar munculnya suatu keinginan dan cita-cita.

Kita lupa, Tuhan yang Maha Bisa telah menyertai perjalanan kira sampai sekarang. Aku lupa, Tuhan yang Maha Mampu sanggup mengubah hidupku. Kamu juga lupa, Tuhan yang Maha Kuasa sanggup mengabulkan apa saja keinginanmu.

Ketika membaca kisah Elia dan Elisa. Betapa Elia Nabi terbesar yang pernah hidup di jaman itu. Mungkin jika aku adalah Elisa, memiliki setengah kemampuan Elia membuatku sangat puas. Mungkin jika kau Elisa, menyamai kemampuannya akan membuatmu tersenyum bangga. Tetapi tidak untuk Elisa! Urapan dobel porsi. Sesuatu yang jauh dari bayangan kita. Bahkan takut untuk kita mimpikan. Telah menjadi mimpi Elisa.

Bukan hanya setengah kemampuannya. Bukan hanya kemampuam yang sama. Bahkan lebih dari itu. Dua kali lipat kemampuan yang lebih baik. Beranikah kau dan aku memimpikan itu? Impian besar yang membuat kita merasa sangat kecil? Yang seakan-akan tidak sanggup kita lakukan?

Nyatanya Elisa berani dan berhasil mendapatkannya. Tentu saja dengan benar-benar mengikuti Elia dari dekat dan menempel padanya. Seperti kita dengan dengan Tuhan dan menempel pada-Nya.

Saturday, December 17, 2016

Stamina untuk Terobosan Besar


Hari ini aku ingin menyambung perjalanan dari Gilgal ke Betel dan Yerikho. Memulai suatu permulaan baru tentu sangat menyenangkan untukku. Tapi aku tahu, tidak hanya memulai saja. Kita juga harus menyelesaikannya. Ibarat bepergian keluar kota menaiki mobil, kita membutuhkan bensin untuk melanjutkan perjalanan. Dan untuk melanjutkan suatu permulaan baru kau membutuhkan stamina.

Tanpa stamina semua yang kau mulai bisa terhenti, stagnasi dan tak menghasilkan apa-apa. Aku butuh kekuatan dan keinginan yang menyala-nyala. Begitu pula dengan kau. Elisa dalam kisah kemarin punya keinginan yang menyala-nyala. "Nggak cukup hanya sampai ke Gilgal! Aku harus ke Betel! Nggak cukup hanya di Betel! Aku harus ke Yerikho! Dan nggak cukup hanya sampai Yerikho! Aku akan mengejar terus sampai urapan dobel porsi itu jadi milikku!"

Rintangan apapun! Halangan apapun! Aku tetap maju sampai aku menang! Jika kita mau mengalami terobosan kehidupan besar, kobarkanlah keinginan yang menyala-nyala. Semangat yang luar biasa. Tuhan itu memampukan kau untuk melewati batas yang kau tetapkan sendiri. Selama kau mau!

Jika aku loyo, "Ya sudah, seperti ini saja sudah cukup. Yang penting bisa makan dan minum". Atau yang menjadi pengusaha, "Ya, sekarang semua sudah cukuplah. Apalagi yang mau dikejar? Yang penting hidup tenang menikmati hari tua. "No, no, no... Kontrakmu belum habis, begitu juga kontrakku masih diperpanjang dan Tuhan belum memanggil kita pulang.

Itulah musuh terbesar pertama di Betel. Namanya adalah kenyamanan. Aku sudah enak. Kau sudah ada di "comfort zone".  Untuk apa aku ambil resiko dan berkorban lebih banyak. Setelah itu kemajuan kita berhenti. Selamanya tidak ada terobosan. Maukah kau seperti itu?

Jangan ijinkan kenyamananmu merampas terobosan yang lebih besar yang sudah Tuhan rencanakan bagimu. Kalahkan kenyamanan, terus melangkah maju lagi dan alami keajaiban Tuhan yang luar biasa.

Ada suatu kisah, seorang ada yang memprotes ayahnya. "Yah, aku capek belajar, harus sekolah, lalu pulang masih belajar lagi, mengulang-ulang yang telah kupelajari. Lebih enak temanku, ia bebas bermain-main dan menonton. Tidak sepertiku."
"Yah, aku capek harus membantu membersihkan rumah. Lebih enak temanku, ia punya pembantu, tidak usah melakukan pekerjaan melelahkan ini".
"Yah, aku capek harus hemat-hemat, harus menabung, enakan temanku, ia bebaskan membeli apa saja dan menghabiskan uang jajannya."
"Yah, aku capek harus jaga sikap. Bersikap manis, sopan dan menahan diri untuk tidak melakukan semua keinginanku. Pokoknya aku capek!"

Ayahnya tersenyum mendengarnya. "Ayo, ikut aku! Kita akan pergi ke suatu tempat."
"Kemana?", tanya anaknya keheranan. "Ikuti saja, nanti kau akan tahu.", ujat ayahnya bersemangat. Si anakpun mengikuti ayahnya pergi. Ternyata jalan yang diambil sangat buruk dan panjang, berbatu-batu, sempit, licin, curam, naik dan turun, becek-becek. Mengalami hal ini, si anak protes lagi. "Mau kemana sih yah? Mengapa jalannya sesulit ini? Kakiku pegal, becek-becek, tidak menyenangkan."
"Sabar aja, sebentar lagi kita sampai.", sahut ayahnya tenang.

Singkat cerita, mereka tiba di suatu tempat. Tempat yang indah yang sukar dilukiskan dengan kata-kata. Begitu hijau, begitu segar dan bersih dengan suara air, kicau burung dan tak ada seorangpun selain mereka di sana! "Bagaimana tempat yang seindah ini, tidak ada orang selain kita, Yah? Keindahannya melebihi sukarnya perjalanan yang kita lewati tadi."

"Banyak orang mau melihat keindahan ini, tetapi tidak mau berjuang melalui perjalanan terjal yang kita lewati tadi. Banyak orang menginginkan hasil yang baik, tetapi tidak mau mengusahakannya. Banyak orang tidak mau berjuang, tetapi mau hasilnya. Itulah sebabnya, hanya ada kita di sini.", sahut ayahnya sabar.

Untuk mencapai semua itu kita harus "bertahan sampai akhir". Saat kau dan aku ingin memiliki stamina yang cukup untuk mengalami terobosan besar, kita butuh keyakinan, kita butuh iman untuk tetap bertahan sampai titik terakhir. Sebab musuh terbesar kedua saat kita berada di Betel adalah keputusasaan.

Semua orang tahu tentang kisah bangsa Israel yang merebut tanah perjanjian. Namun kebanyakan orang tidak memperhatikan iman yang di miliki oleh mereka. Ketika menghadapi masalah yang besar, musuh-musuh raksasa, ketika hati mereka sesaat merasa gentar menghadapi tekanan yang besar. Kadang semua orang merasa begitu, seperti tidak ada lagi kekuatan yang tersisa.

Semua orang juga tahu kisah Abraham. Ia menanti dengan sabar dan dengan demikian memperoleh apa yang dijanjikan kepadanya. Walaupun usianya tidak lagi memungkinkan, 90 tahun! Sementara istrinya mandul, sudah tidak haid. Ia tetap percaya dan tidak putus asa. Hal yang sulit dilakukan banyak orang.

Kekuatan dibangun melalui tekanan. Kau dan aku juga tahu. Namun walaupun otak kita sudah pintar dan mengerti akan hal itu, hati kita masih kurang pintar. Ketika ujian datang kita malah sering memilih untuk memiliki keputusasaan. Mulai sekarang jangan lakukan itu. Kau dan aku harus memiliki keyakinan. Kekuatan memang dibangun melalui tekanan. Seperti atlet-atlet, itu adalah latihan otot supaya otot iman kita makin terbentuk. Tekanan-tekanan itu tidak akan menghancurkan kita. Ia berjalan bersama kita. Tekanan yang lebih kuat, membentuk kita lebih kuat.

Tempat ketiga untuk memasuki terobosan adalah Yerikho. A place of spiritual warfare. Tempat di mana Yesus digoda iblis saat berpuasa 40 hari. Arena perang pertama yang harus dilalui Bangsa Israel sebelum merebut Tanah Kanaan. Inilah tempat kita diserang! Iblis dengan segala kekuatannya akan menyerang kita. Namun kita juga harus ingat, Tuhan tidak pernah meninggalkan kita. Jika masalah yang datang teramat besar, jangan melihat masalahnya, lihat Tuhan yang lebih besar. Jangan kau dan aku melarikan diri dikejar-kejar masalah. Daripada begitu, lebih baik kita menjadi orang yang membuat masalah tunggang langgang dari hidup kita.

Tuhan tidak pernah meninggalkan kita sendirian. Meski seringkali, ketika sedang berjuang menghadapi kehidupan, kita cenderung merasa ditinggalkan. Beratnya tantangan dan permasalahan yang berat menghadang kerap membuat kita gentar. Semakin kita mengamati besarnya berbagai rintangan yang berada di hadapan kita, semakin bertambah besar semuanya itu dalam pandangan kita. Ketika Yosua telah berada di dekat Yerikho, kota benteng terkuat di tanah perjanjian, mungkin itulah yang dirasakan olehnya. Kini tinggal selangkah lagi untuk masuk dan merebut apa yang telah Tuhan janjikan, tetapi itu juga berarti ia kian mendekati raksasa-raksasa besar penguasa tanah Kanaan. Sangat manusiawi jika saat itu ia merasa goyah. Sampai ia melayangkan pandangannya dari Yerikho sampai kepada Panglima Balatentara TUHAN yang berdiri didepannya dengan pedang terhunus di tangan-Nya. Seakan mengatakan, "Tenanglah, Aku ada di sini dan siap untuk berperang bersamamu." Bukan hanya menyatakan kehadiran-Nya, tetapi Tuhan juga memberitahukan Yosua langkah-langkah yang harus dilakukannya demi memenangkan pertempuran tersebut. Yaitu dengan mengitari kota Yerikho sebanyak tiga belas kali selama tujuh hari lamanya. Sungguh strategi perang yang tidak masuk akal di mata manusia, tetapi Yosua mematuhinya.

Setelah itu Yosua dan bangsa Israel yang dipimpinnya menuliskan sejarah yang paling fenomenal. Tidak pernah terjadi dalam sejarah manusia, sebelum dan sesudah itu, sebuah benteng yang terkenal karena kekokohannya dirobohkan hanya dengan dikeliligi berarak-arakan.

Kita ada di tengah peperangan roh yang kebanyakan orang tidak sadar. Peperangan itu adalah antara kita, yang termasuk dalam Kerajaan Allah, melawan iblis yang menguasai Kerajaan Kegelapan. Sadarlah dan berjaga-jagalah, lawanmu si iblis berjalan seperti singa yang mengaum-ngaum dan mencari orang yang dapat ditelannya. Ini berarti ada yang dapat ditelannya dan ada yang tidak. Sadar dan berjaga-jaga, orang-orang yang ini tidak akan terkecoh sama sekali.

Ia akan menyerang dimensi jasmani, jiwa dan roh. Kedengarannya memang aneh, karena itu banyak orang tidak sadar dan berjaga-jaga. Contoh penyerangan dalam dimensi roh. Ada orang yang sakit dan tidak bisa berkarya apapun. Ia diserang secara roh. Setelah roh itu diusir keluar dari dalam tubuhnya, ia kembali normal dan dapat beraktivitas maksimal. Tetapi dapat juga telak-telak secara jasmani. Hidup secara serampangan, makan makanan tanpa tahu ada zat-zat apa yang ada didalamnya, yang penting enak. Semua makanan tidak sehat memang dibuat seenak mungkin sehingga kita mau memakannya. Banyak orang tentu mau makan makanan ini.

Bila kau memancing, kau akan memberi umpan pada kailnya atau langsung kau berikan kailnya saja? Tentu saja dengan umpan yang gemuk dan menari-nari, sehingga sewaktu si ikan melihatnya ia akan berkata, "Wow, kelihatannya lezat sekali!". Jika hanya kau berikan mata kail saja dan si ikan masih mau memakannya, itu namanya ikannya kegoblokan.

Kau dan aku pastu memiliki cara hidup yang berbeda dengan kebanyakan orang jika kita sadar ada dalam peperangan roh.

Senjata yang kita pakai dalam peperangan roh adalah Firman. Di Yerikho, Yesus ketika menghadapi peperangan roh dengan setan, Ia selalu menjawab dengan :"Ada tertulis...". Yosua juga sama, ia menang dalam peperangan roh di Yerikho dengan Firman, yaitu pedang roh. Itu sebabnya penting bagi kita untuk terus membaca Firman setiap pagi hari.

Thursday, December 8, 2016

Pojok Berantakan


Satu waktu ketika anak-anak sedang bertumbuh, membersihkan rumah adalah seperti memandikan mereka, sementara mereka main hujan-hujanan di tanah becek. 

Mengajari dan membacakan pelajaran untuk mereka, setelah hampir selesai dan ternyata aku tidak didengarkan sama sekali. Memanggil namanya dan menyuruh mereka melakukan sesuatu, lalu tidak ada jawaban. Padahal kupastikan aku mengulangnya lebih dari 3 kali. Kurasa kupingnya ketinggalan entah di mana...

Aku tahu pasti momen-momen ini akan berakhir ketika mereka beranjak dewasa. Dan waktu itu kurasa aku akan merindukannya. Namun entah kenapa kali ini kesabaranku habis. Dan biasanya selalu begitu. Panggilan lemah lembut berubah jadi emosi. Lalu aku jadi berteriak-teriak tidak jelas. Entah terlalu banyak teori yang berbeda dengan kenyataan. Atau aku yang tidak bisa menerima kenyataan hidup, ketika mereka tidak melakukan sesuai keinginanku.

Aku mencintai rumah yang rapi dan bersih. Kurasa semua orang demikian. Sayangnya sejak kelahiran anak pertama, aku selalu kehabisan waktu, sampai sekarang. Rasanya banyak sekali hal-hal yang harus kukerjakan. Tugas-tugas yang harus kutunaikan. Namun tak kunjung selesai dan tak pernah selesai. Semuanya selalu kembali begitu cepat.

Pakaian kotor yang menggunung dengan cepat, sepatu-sepatu yang berserakan di depan pintu, mainan-mainan yang berserakan di lantai. Ketika kubereskan, aku tahu itu tidak akan bertahan lama. Sampai akhirnya kuberikan satu ruang yang cukup besar untuk mereka belajar dan bermain. Ruang itu kuberi nama "Pojok Berantakan". Rasanya begitu keren ketika aku menemukan ide itu.

Yah, tapi aku berterima kasih pada Tuhan, jika saat ini hidup dengan baik di tengah kekacauan ini. Itu karena Tuhan mengaruniaiku sebuah keluarga yang sangat aku cintai. Dan semua ini adalah bukti bahwa aku diberkati.

Wednesday, December 7, 2016

A New Beginning


Jika kau ingat suatu kisah yang menceritakan seorang guru dan murid. Aku tahu kau mengingatnya, kisah Elia bertemu dengan muridnya Elisa. Waktu itu ia bertemu Elisa sedang membajak dengan 12 pasang lembu, sedang ia sendiri mengemudikan yang ke-12. Elia lewat didekatnya lalu melemparkan jubahnya pada Elisa. Lalu Elisa langsung meninggalkan lembunya dan berlari mengikuti Elia. Ia berkata, "Biarkan aku mencium ayah dan ibuku dulu, lalu aku akan mengikuti engkau".

"Baiklah, pulanglah dahulu dan ingat yang sudah kulakukan padamu", jawab Elia. Elisa berbalik, mengambil pasangan lembu, menyembelihnya dan memasak dagingnya dan memakai bajak lembu itu sebagai kayu  api. Ia memberikan pada orang-orangnya, kemudian makanlah mereka. Sesudah itu Elisa bersiap-siap, lalu mengikuti Elia dan menjadi pelayannya.

Sebelumnya Elia telah bertemu Tuhan. Ia memberitahukan kepadanya untuk menjadikan Elisa sebagai muridnya. Inilah yang harus diingat Elisa. Elia melempar jubahnya. Bukan jubah biasa, ini adalah jubah kenabian. Melempar jubah bukan tanpa maksud. Jubah berbicara, "Kamu telah dipilih untuk menjadi nabi yang hebat! Kamu akan menjadi penerusku." Elisa menerima tanpa berpikir panjang. Bagaimana caranya menjadi nabi? Sedangkan di keluargaku nggak ada keturunan nabi? Apakah aku bisa? Aku tidak tahu caranya. Elisa langsung merespon.

Jika dahulu Elisa mendengar cerita tentang Elia. Sebatas mengagumi. Ibarat memandang dari kejauhan. Ketika benar-benar bertemu, ia tak menyia-nyiakan kesempatan itu. Ia menerima jubah yang dilempar. Musim terobosan sudah tiba! Namun ia mengerti, semua memiliki prosesnya. Elisa tidak secara tiba-tiba menjadi nabi yang hebat atau mendadak bisa melakukan mujizat. Yang terjadi malahan, ia segera mengikuti Elia dan menjadi pelayannya. Ada 4 perjalanan yang ia lalui untuk menerima penggenapan pesan Tuhan tersebut. Gilgal - Betel - Yerikho - Sungai Yordan. Elisa melalui semuanya itu.

Lalu menjelang saatnya Tuhan mau menaikkan Elia ke sorga dalam angin badai, saat itu Elia dan Elisa sedang berjalan ke Gilgal. Gilgal memiliki arti "cela Mesir" dihapuskan.

Ini berhubungan dengan kisah yang Ketika Bangsa Israel menjadi budak selama ratusan tahun, tepatnya 430 tahun. Mereka menjadi bangsa tertindas, dipermalukan, tidak memiliki pengharapan dan masa depan. Musa memimpin mereka keluar dari Mesir dan berputar-putar di padang gurun selama 40 tahun. Waktu mereka di padang gurun, mereka masih membawa "cela Mesir" itu. Walaupun secara fisik mereka tidak lagi di Mesir. Seperti nasib orang yang bertahun-tahun mengikuti Tuhan, namun seakan-akan hidup di bawah kutukan. Cela Mesir masih ditanggung. Baru setelah mereka sampai di Kanaan, tanah perjanjian yang diberikan Tuhan, cela Mesir dihapuskan. Itu sebabnya tempat itu disebutkan Gilgal.

Gilgal itu bicara tentang posisi rohani bukan situasi jasmani. Melangkahkan kaki ke Gilgal artinya kau membuat keputusan dalam hati untuk mengambil posisi rohani sesuai dengan janji Tuhan. Sekalipun kenyataannya sangat berkebalikan dengan situasi jasmanimu sekarang.

Kau percaya Tuhan memberkati hidupmu. Aku juga percaya Tuhan memberkati hidupku. Namun nyatanya kita pas-pasan. Sudah irit-irit, pangkas sana sini. Apalagi yang mau dipangkas? Rasanya kita masih hidup dalam cela Mesir itu. Keluargaku memiliki hubungan yang tidak baik. Anak-anakku memberontak. Dan banyak persoalan lain. Hutang yang makin mengembang ke kanan dan ke kiri atau hubungan yang tidak harmonis.

Ada sebuah kisah tentang anak pemilik restoran. Sang ayah tidak mau langsung menyerahkan usaha begitu saja. Mereka ingin mendidik anaknya bekerja dari nol. Maka mulailah si anak di suruh ini itu. Mencuci piring bertumpuk-tumpuk. Melayani tamu, mencatat pesanan, memasak, bahkan membersihkan meja dan lantai.

Lalu anak ini sangat jengkel. Mengerjakan semuanya dengan serampangan. Berpikir orang tuanya tidak menyayangi dan peduli padanya. Sampai suatu saat ia mendengar percakapan orang tuanya. "Bagaimana anak kita ini? Aku ingin mendidik dia untuk menguasai semua hal. Setiap sudut di restoran ini. Sehingga suatu saat ketika ia telah siap, dan kita serahkan restoran ini untuk dikelola, restoran ini bisa berkembang luar biasa. Melebihi saat ini."

Saat mendengarnya, pikirannya jadi terbuka. Sekarang ia mengerti maksud orang tuanya. Walaupun mungkin sebelumnya ia pernah mendengar penjelasan orang tuanya, tetapi pikirannya belum terbuka. Kadang pikiran kita juga seperti itu. Mampet. Tapi saat terbuka kita mengerti maksud dan rencana Tuhan itu indah. Tuhan selalu merencanakan hati depan yang baik, bukan rencana kecelakaan!

Sang anak yang awalnya malas-malasan, sekarang berubah total. Ia mengerjakan segala sesuatu dengan sungguh-sungguh dan semuanya berhasil dengan baik. Walaupun sekarang ia adalah pelayan restoran. Ia mengerti bahwa suatu saat ia akan menjadi pemiliknya! Ia sendiri yang akan mengelola restorannya. Ia mengambil posisi iman, walaupun keadaan belum berubah. Ia masih menjadi pelayan restoran.

Abram dan Sarai sudah berusia lanjut. Lagipula mandul. Secara jasmani.. Tidak mungkin punya anak! Tapi Allah mengubah namanya menjadi Abraham yang berarti Bapa banyak bangsa dan Sara yang berarti Ibu banyak bangsa. Waktu gelarnya diganti, mereka dalam posisi tidak punya anak, usianya sudah 90 tahun dan rahim Sara telah tertutup! Tetapi Tuhan telah mengganti nama mereka menjadi Bapa banyak bangsa dan Ibu banyak bangsa. Secara kasat mata, keadaan mereka masih Abram dan Sarai. Mereka memilih percaya dan mengambil posisi iman walau keadaan belum berubah.

Gideon anak terkecil dari suku terkecil, tidak memiliki prestasi apapun dan ia seorang penakut. Tuhan memanggilnya pahlawan yang gagah berani, pada waktu ia mengambil remah-remah gandum orang Midian dengan ketakutan! Dan Gideon memilih percaya, lalu mengambil posisi iman walau kenyataannya ia masih muda dan penakut.

Kau sadar tidak? Allah menggelari kita sebelum kita jadi apa-apa, sedangkan manusia menggelari kita setelah kita melakukannya. Abraham dan Sara sudah digelari bahkan sebelum mereka punya anak. Berbeda dengan manusia. Mereka memberi gelar sukses setelah kita benar-benar sukses dan berjuang keras. Orang-orang memberi pernyataan kau telah sembuh, jika dokter telah menyatakan kau sembuh. Tuhan menggelari kau sukses, sebelum kau jadi apa-apa, dan menyatakan kesembuhanku sebelum dokter menyatakannya. Tuhan ingin kau mengambil langkah iman untuk percaya bahwa kau telah sukses sementara kau masih berusaha. Tuhan menggelariku telah sembuh karena Ia ingin aku percaya bilur-bilurnya telah menyembuhkanku.

Ketika kau dan aku mengambil posisi rohani yang benar untuk mempercayai janji dan pesan Tuhan, maka iman akan menarik kuasa Allah yang besar bekerja dalam hidup kita. Seperti Abraham dan Sara percaya dan mengambil posisi rohani sebagai bapa banyak bangsa dan ibu banyak bangsa. Seperti Gideon yang percaya ia adalah pahlawan gagah berani. Demikian juga kau dan aku seharusnya. Itulah cara kerja Tuhan.

Namun untuk lulus ujian Gilgal, semua itu ada persyaratannya. Tentu saja ada yang lulus dan ada yang gagal. Di bawah pimpinan Yosua, Bangsa Israel berhasil lulus ujian di Gilgal, dan menghapuskan cela Mesir. Di bawah pimpinan Musa, mereka gagal dan berputar-putar di padang gurun selama 40 tahun. Elisa berhasil lulus ujian Gilgal dan mendapat berkat 2 kali lipat, tetapi Gehazi murid Elisa, gagal dan tidak mendapatkan apa-apa.

Kau mungkin juga tau kisahnya. Ketika Elisa di suruh meninggalkan Elia di Gilgal, Betel, Yerikho. Pokoknya Elisa tidak mau! Ia menempel terus kayak perangko. Elisa menempel mengikuti Elia kemana-mana. Elisa sadar jika ia berada di dekat Elia, perubahan, transformasi dan kuasa Allah bekerja, sehingga ia berhasil di Gilgal. Elia sendiri memiliki arti Tuhan adalah Allah. 

Kurasa ini berhubungan dengan menempelnya Elisa pada Elia. Inilah persyaratan lulus ujian Gilgal. Menempel pada Tuhan. Inilah perbedaan, melihat dari jauh dengan menempel. Mungkin kau kenal Tuhan dan tahu. Tapi nggak nempel. Seperti ranting terpisah dari batang pokok. Menjadi jadi kering. Tidak ada harapan atau perubahan. Beda kalau nempel, berdaun lebat dan berbuah-buah. Mendapatkan semua aliran makanan yang dibutuhkan. Sementara kita menempel erat dengan Roh Kudus, kuasa-Nya akan mengalir, kita terima dan cela Mesir dihapuskan. Perumpamaan yang lebih mudah adalah charge handpone. Tanpa aliran listrik, bagaimana bisa dapat suplai baterai? 

Juga seperti orang menggali sumur. 2 meter belum ada air, 5 meter masih kering, 10 meter tidak terlihat apa-apa. Kau terus menggali sampai di satu titik air itu memancar keluar. Sampai di satu titik caramu mengelola keuangan berubah total.

Mungkin saat ini kau masi jatuh bangun dalam dosa. mungkin saat ini keadaan perekonomianmu belum berubah. Mungkin saat ini hubungan dengan pasanganmu masih buruk. Namun saat kita mengambil posisi iman dan mempercayainya. Entah bagaimana caranya, di satu titik semuanya berbalik. Di satu titik semuanya berubah. Hubungan dengan pasangan yang selalu ribut tiba-tiba menjadi harmonis. Keuangan yang morat marit tiba-tiba menjadi berlimpah. Dan kau telah mengelola keuanganmu dengan cara yang sama sekali baru. Berbeda dengan sebelumnya. Lalu entah bagaimana keterikatanmu pada dosa pornografi tiba-tiba lenyap begitu saja. Saat sebelumnya kau tidak mampu melepaskannya. Hubungan terlarang telah selesai begitu saja. Atau ketergantungan pada rokok hilang begitu saja. Semua itu adalah kerja Roh Kudus. Ketika kita mengambil posisi iman Roh Kudus mulai bekerja, walaupun saat itu keadaan masih sama.

Di sana juga dikisahkan, Elisa menyembelih lembunya. Ini berbicara tentang menyembelih kedagingan kita supaya kita bisa menempel pada Tuhan. Nggak mungkin kan Elisa membajak sambil mengikuti Elia? Kalau sambil membajak, bagaimana ia bisa mengikuti Elia? Untuk menempel pada Tuhan, kita harus bersedia meninggalkan hal-hal tertentu. Meninggalkan kebiasaan kita atau cara berpikir kita yang sekarang. Kau dan aku juga harus bersedia berubah.

Ini seperti mengganti menu makan enak dengan menu makan sehat. Lidah kita yang terbiasa mengecap makanan berlemak, berbumbu, berminyak. Tiba-tiba diganti dengan menu rebus dan kukus tanpa bumbu. Tidak mudah. Namun untuk hidup lebih sehat. Menghindari penyakit-penyakit yang muncul, kita harus melakukannya. Meninggalkan kenikmatan yang kita rasakan sebelumnya. Dan menemukan ternyata tubuh kita lebih baik dan lebih sehat.

Thursday, December 1, 2016

Perubahan Arah Hidup

Kau tidak pernah bisa menebak kehendak Tuhan dalam hidup maupun dalam pergumulan. Hal ini di alami John dan Reve Walsh. Pada tahun 1981, ketika Reve sedang berbelanja di Mall, anak mereka, Adam, diculik. Enam belas hari kemudian, anak itu ditemukan tewas. Dalam kesedihannya, suami-istri Walsh mendirikan sebuah organisasi khusus untuk kasus-kasus eksploitasi dan penculikan anak. Selain mengadakan berbagai kampanye, organisasi ini telah membuat berbagai perubahan dalam hukum kejahatan anak dan memperjuangkan hak-hak korban. Sebelum kasus penculikan Adam, belum pernah ada database untuk anak-anak hilang di Amerika. Namun kini, organisasi ini telah membantu menemukan lebih dari 196.000 anak hilang. Bukan hanya itu, tahun 1988, John Walsh ditunjuk menjadi pembawa acara America's Most Wanted. Program televisi yang melakukan reka ulang dari berbagai kisah kejahatan dan memotivasi pemirsanya untuk menolong pihak berwajib mencari dan menangkap para pelaku kejahatan. Selama 24 tahun penayangannya, acara ini telah berjasa atas penangkapan lebih dari 1.200 penjahat, 17 di antaranya terdapat dalam daftar teratas pencarian FBI, dan juga menyelamatkan puluhan anak-anak hilang.



Dalam lembah terdalam mereka, pasangan Walsh menemukan arah hidup yang sama sekali berbeda dengan rencana awal mereka. Mereka berhasil bangkit dan bahkan menjadi berkat bagi banyak orang. Saat ini, mungkin kita pun sedang berusaha mengejar impian, visi, dan rencana masa depan yang kita buat. Namun apakah semuanya itu sudah sesuai dengan impian, visi dan rencana Tuhan? Apapun yang terjadi kau harus bangkit. Izinkan anugerah Tuhan bekerja dan mengubah arah hidupmu dan aeah hidupku. Sehingga semuanya bukan lagi tentangku dan tentangmu, tetapi tentang rencana dan kehendak Tuhan, dan kita akan melihat bagaimana kemuliaan Tuhan dinyatakan secara luar biasa. Saat inilah kuasa Tuhan akan mengalir sehingga kita bisa dipakai Tuhan menjadi world changer yang membawa perubahan-perubahan luar biasa di mana Tuhan menempatkan kita.