Saturday, February 25, 2017

Biblical Mindset About Money



Pola pikir kita tentang uang sangat menentukan kondisi keuangan kita. Sebenarnya ada tiga pola pikir Alkitabiah tentang uang. Yang pertama adalah kita musti sadar, semua harta kita adalah milik Tuhan. Itu seperti seseorang yang mau pergi ke luar negeri, memanggil para hambanya dan mempercayakan hartanya untuk dikelola pada mereka. Yang satu orang diberi lima talenta, yang seorang dua talenta dan yang lain satu talenta. Masing-masing menurut kesanggupannya, lalu ia berangkat. Lalu segera pergi hamba yang punya 5 talenta, menjalankan uangnya dan memperoleh untung 5 talenta. Yang 2 talenta juga sama, memperoleh keuntungan 2 talenta. Tetapi yang menerima 1 talenta malah menguburkan di dalam tanah dan tidak menjalankannya. Lama setelah itu, pulanglah tuannya itu lalu mengadakan perhitungan dengan mereka. Lalu hamba yang memperoleh 5 talenta memberikan laba 5 talenta. Maka kata tuannya, "Baik sekali perbuatanmu itu, kau telah setia dalam perkara kecil, aku akan memberikan tanggung jawab dalam perkara besar. Masuklah dan turut dalam kebahagiaan tuanmu". Lalu hamba yang beroleh laba 2 talenta melakukan hal yang sama. Maka kata tuannya, "Baik sekali perbuatanmu itu, kau telah setia dalam perkara kecil, aku akan memberikan tanggung jawab dakan perkara besar. Masuklah dan turut dalam kebahagiaan tuanmu. Kini datanglah hamba yang menerima 1 talenta dan berkata, "Tuan aku tahu Anda adalah manusia yang kejam, menuai ditempat Anda tidak pernah menabur dan memungut ditempat Anda tidak pernah menanam. Ini kukembalikan kepunyaan tuan." Maka marahlah tuannya itu, "Hei hamba yang jahat dan malas, jika kau tahu aku seperti itu sudah seharusnya uangku iu kau berikan kepada orang yang menjalankan uang, supaya ketika aku pulang aku telah menerima beserta dengan bunganya. Maka dicampakkanlah hamba itu ke dalam kegelapan yang paling gelap. Disana hanya terdapat ratap dan kertak gigi.

Semuanya ini hanya titipan, bukan benar-benar milik kita. Mungkin kau berpikir, "Aku yang berlelah-lelah, berpikir, mengeluarkan tenaga, kreativitas. Aku yang bekerja! Terserah padaku mau kuapakan uangku. Ini milikku." Oke, dalam hal kau yang bekerja, itu benar. Tetapi siapa yang memberimu kesehatan, kepandaian, kreativitas? Siapa yang memberimu nafas hidup? Segala sesuatu adalah oleh Dia, bagi Dia dan kepada Dia: Bagi Dialah kemuliaan untuk selama-lamanya!

Ibarat bendahara keuangan, seperti itulah posisi kita. Banyak orang malah kuatir karena hartanya banyak. Takut diincar orang, dicuri, dirampok. Jika ia mengerti semuanya itu hanya titipan. Tuhan yang mempunyai biarlah Tuhan yang menjagai. Maka hidupnya akan lebih berbahagia. Mana dari orang-orang kaya tersebut yang bisa membawa salah satu harta bendanya ketika Tuhan bilang, "Stop, pulanglah tugasmu di dunia sudah selesai." Ketika terjadi semua itu ditinggalkan dan diambil alih oleh bendahara yang baru. Sebab itu semua bukan milikmu.

Kita harus mengelola harta kita sesuai dengan prinsip keuangan Tuhan. Talenta biasanya diartikan sebagai bakat. Tetapi jaman dulu talenta adalah nilai tukar uang. Satu talenta sama dengan 34 kg emas yang sekarang nilainya setara dengan 18.5 Miliar. Tuhan mau kita menggunakan uang sesuai dengan tujuan Tuhan, bukan memuaskan hawa nafsu kita sendiri. Tuhan juga mau kita menjalankan keuangan, bukan menguburnya. Tuhan juga kita menghasilkan laba bukan mengubur

Pada akhirnya Tuhan akan meminta pertanggungjawaban kita. Lama sesudah itu, Ia pasti datang. Hasil kerjamu akan kena audit. Hamba dengan satu talenta itu tidak lulus dalam proses auditnya Tuhan. Sebaliknya, hamba dengan lima dan dua talenta berhasil lulus dalam proses auditnya Tuhan, dan mereka... upahnya sama! Ini mengartikan bahwa Tuhan melihat kesungguhan hati, bukan kuantitas. Ia tidak melihat hasilnya tetapi yang melakukan dengan kemampuan terbaiknya. Tuhan tidak membanding-bandingkan. Ia dapat lima dan kau cuma dua?

Kakakmu mempunya nilai yang lebih baik. Kenapa kau tidak seperti dia? Tuhan tidak menanyakan, "Kenapa kau tidak seperti dia?" Hanya terlihat sekali Tuhan menganggap sangat serius masalah pertanggungjawaban keuangan ini. Saking serius, hamba dengan 1 talenta dibuang dalam kegelapan terdalam. Dengan kata lain, cara kita mengelola harta duniawi, akan sangat menentukan cara Tuhan menentukan harta sorgawi kita.

Thursday, February 23, 2017

God's Money Management



Apa sih manajemen keuangan Tuhan itu? Apakah Tuhan mengajari kita tentang itu? "Muliakanlah Tuhan dengan hartamu dan dengan hasil pertama dari segala penghasilanmu, maka lumbung-lumbungmu akan diisi penuh sampai berlimpah-limpah dan bejana pemerahanmu akan meluap dengan air buah anggurnya." Tuhan adalah Tuhan dalam segala hal dalam hidup kita. Bukan hanya jadi Tuhan ketika kita dalam masalah dan butuh solusi. Tuhan juga harus jadi Tuhan dalam keuangan kita.

"Bawalah seluruh persembahan persepuluhan itu ke dalam rumah perbendaharaan, supaya ada persediaan makanan di rumah-Ku dan ujilah Aku, firman Tuhan semesta alam, apakah Aku tidak membukakan bagimu tingkap-tingkap langit dan mencurahkan berkat kepadamu sampai berkelimpahan. Aku akan menghardik bagimi belalang pelahap, supaya jangan dihabisinya hasil tanahmu dan supaya jangan pohon anggur dipadang tidak berbuah bagimu, firman Tuhan semesta alam. Maka segala bangsa akan menyebut kamu berbahagia, sebab kamu ini akan menjadi negeri kesukaan, firman Tuhan semesta alam."

Kita dapat memuliakan Tuhan melalui persembahan persepuluhan. Membawa sepuluh persen ke dalam rumah perbendaharaan, maka kita memiliki sembilan puluh persen yang diberkati Tuhan. Percuma kan jika sudah irit-irit ternyata ada belalang pelahap biaya RS, perbaikan bengkel atau kasus-kasus lain?

Tentu kau berpikir sepuluh persen milik Tuhan dan sembilan puluh persen itu milikmu sendiri. Jika kau berpikir seperti itu masih kurang tepat. Segalanya adalah milik Tuhan. Bahkan yang sembilan puluh persen sekalipun. Kita hanya dipercayai untuk mengelolanya.

Untuk mengelola kita butuh pencatatan keuangan yang baik. Ada empat informasi keuangan yang harus kita update. Jumlah total harta yang kita miliki, jumlah total hutang yang harus kita bayar, pemasukan bulanan dan pengeluaran bulanan. Pencatatan keuangan membuat kita mengerti keadaan keuangan kita.

"Kenallah baik-baik keadaan kambing dombamu, perhatikanlah kawanan hewanmu. Karena harta benda tidaklah abadi. Apakah mahkota tetap turun temurun?" Jaman dahulu harta yang dimiliki biasanya adalah kambing domba. Berbeda dengan jaman sekarang. Gembala yang baik akan memperhatikan kambing dombanya. Jika sakit diobati, jika tersesat ditemukan, jika diserang serigala dilindungi. Itulah harta berharga mereka. Tanpa perhatian gembala tidak akan sadar ketika kawanan dombanya sakit, tiba-tiba mati semua. Jika gembala tidak pernah tahu jumlahnya dan tidak pernah menghitung kawanan dombanya. Hilangpun tidak dicari sehingga mengalami kerugian. Dimakan serigala juga nggak tahu. Tahu-tahu sudah habis. Yah, kira-kira seperti itu gambaran keadaan keuangannya.

Perhatikan dengan baik. Buat perencanaan anggaran belanja yang baik dan tepati. Hidupi dengan baik. Bagi dalam pos-pos kegunaan masing-masing. Bujeting. "Rancangan orang rajin mendatangkan kelimpahan, tetapi orang yang tergesa-gesa berkekurangan." Semua orang tentu ingin berkelimpahan. Sayangnya hanya orang yang memiliki komitmen untuk melakukan pencatatan rencana keuanganlah yang akan benar-benar mengalami kelimpahan.

Kebanyakan orang tahu teorinya, tapi nggak mau repot. Sama saja tinggal pilih. Repot di awal atau repot di akhir? Repot mencatat sebentar atau repot kehabisan uang belakangan? Ketika membaca teorinya mengerti dan bersemangat tetapi tidak dilakukan. Jadinya percuma... Bahkan satu minggu kemudian sudah lupa kemarin baca apa. Gimana bisa mengalami transformasi keuangan?

Buatlah anggaran keuangan yang baik. Hitung pengeluaranmu dan tetapkan anggaran maksimalnya. Lalu kau tinggal memakai anggaran yang telah ditetapkan sebagai batas. Jika belum seimbang, buatlah penyesuaian yang lebih tepat. Lakukan secara konsisten bulan demi bulan. Ketika kita konsisten mengerjakannya, transformasi keuangan pasti terjadi.

Setelah membuat anggaran jangan lupa unuk menabung dan berinvestasi. Mungkin saja penghasilanmu tidak seberapa. Tetapi salah satu langkah bijaksana dalam keuangan adalah menabung. "Hai pemalas, pergilah kepada semut, perhatikanlah lakunya dan jadilah bijak. Biarpun tidak ada pemimpinnya, pengaturnya atau penguasanya, ia menyediakan rotinya di musim panas, dan mengumpulkan makanannya pada waktu panen."

Ketika yang lain bersenang-senang dan menikmati. Dapat satu juta habis satu juta, dapat lima juta habis lima juta, dapat seratus juta habis seratus juta. Semut sibuk mengumpulkan remah yang terlihat tidak berarti. Maka ketika kau menyerang dan membasmi sarangnya ia terus bertahan dan tidak pernah punah. Ibarat mati satu tumbuh seribu.

Mirip kisah Yusuf, pada masa tujuh tahun kelimpahan semua orang sibuk menghabiskan dan berfoya-foya. Saat tujuh tahun kekurangan datang semua orang jatuh miskin. Yusuf mengalami terobosan besar di masa kelimpahan dan kekeringan karena ia menabung.

Sisihkanlah minimal sepuluh persen dari penghasilan Anda untuk menabung. Salah satu alasan penting mengapa kita harus menabung adalah supaya kita bisa berinvestasi. Dalam investasi ada hukum bunga-berbunga yang membuat uan kita tidak mengecil nilainya bahkan semakin besar.

Hal-hal penting dalam berinvestasi antara lain adalah konsisten, aman dan tidak beresiko, jangan tamak dan berjangka panjang. Jangan meremehkan orang yang hanya menyisihkan seratus ribu per bulan. Dengan investasi yang bernilai 15% / tahun, dalam 10 tahun nilainya akan menjadi Rp. 26.401.000 dan dalam 20 th menjadi Rp. 563.277.000 dan dalam 50 th menjadi Rp. 9,35 Miliar. Bagaimana jika nilainya lebih besar 200 ribu atau 500 ribu? Bagaimana jika investasinya bernilai 25% / tahun?

Pilihlah investasi yang aman bukan sejenis money game atau iming-iming awal keuntungan yang besar. Bukannya bertambah malah hilang semua. Jangan tamak dan menginginkan keuntungan segera. Kuncinya adalah konsisten. Investasi yang baik justru berjangka panjang dan tidak boleh disentuh sama sekali.

Aku mengenal seseorang yang tinggal dipinggir kota. Ia membeli rumah itu dua puluh tahun yang lalu. Saat itu nilai tanahnya adalah Rp. 500.000 / m2. Lalu setelah 20 th berlalu nilainya sekarang menjadi Rp. 20 juta / m2. Naik 40x lipat.

Lalu yang lain tergiur dengan jual beli saham. Dipikirnya untung besar karena rata-rata orang bercerita demikian. Percayalah bahwa tidak satupun orang mengerti harga saham besok akan benar-benar naik atau turun. Rata-rata orang juga bercerita ketika mereka untung. Waktu rugi nggak ngomong apa-apa. Tetapi seseorang tergiur cerita untug besar dan nekad melakukan jual beli saham. Dapat dipastikan beli harga tinggi dan jual rugi. Akhirnya dia jual semua sahamnya karena takut kerugiannya semakin bertambah. Dua puluh tahun kemudian dia menyadari ada saham yang waktu itu tertinggal belum dijual. Waktu itu nilainya hanya sekitar 1-1.5 juta. Iseng-iseng ia ngecek ke perusahaan sekuritas. Ternyata sekarang nilainya menjadi 300 juta. Kira-kira seperti itulah gambaran investasi. Beli dan lupakan sementara...

Nikmati berkat Tuhan yang ada padamu. Jika setiap orang diberi karunia memiliki kekayaan dan harta benda, lalu juga bisa menikmatinya. Menerima bagiannya dan bersuka cita dalam jerih payahnya, itupun juga karunia Allah. Ada orang-orang yang kaya raya, tapi nggak bisa makan apa-aoa karena sakit. Jadi kita sudah seharusnya belajar bersyukur dengan apa yang ada pada kita.

Jangan sampai kita merasa bisa bahagia jika sudah memiliki penghasilan 2x lipat. Atau bisa bahagia jika sudah memiliki banyak properti. Percayalah, jika bahagia yang seperti itu hanya sesaat. Dengan segera Anda akan merasa kembali seperti itu dan terus kurang.

Wednesday, February 22, 2017

Debt Free God's Way



Biasanya rata-rata orang mempunyai hutang. Atau setidaknya pernah berhutang. Hutang sendiri tidak pernah dianjurkan oleh Tuhan. Bahkan Tuhan bilang, "Jangan berhutang apa-apa kepada siapapun juga." Apakah hutang adalah suatu dosa? Ternyata tidak! Tuhan sendiri pernah berfirman, "Kau akan memberi pinjaman pada banyak bangsa".

Yang pasti bukan karena dosa. Jawabannya adalah karena hutang berpotensi menjadi jerat yang berbahaya. "Celakalah orang yang menggaruk bagi dirinya, apa yang bukan miliknya - berapa lama lagi? - dan memuati dirinya dengan barang gadaian. Bukankah akan bangkit dengan sekonyong-konyong mereka yang menggigit engkau, dan akan terjaga mereka yang mengejutkan engkau, sehingga engkau menjadi barang rampasan bagi mereka?"

Menggaruk yang bukan miliknya berarti menikmati sesuatu yang sebenarnya tidak menjadi hak Anda. Menginginkan tv baru yang bagus tetapi tidak cukup uang. Mobil yang baru dengan keuangan tidak memadai. Handphone canggih yang bisa dicicil. Sebenarnya uangku tidak cukup membayar semuanya itu tapi kupaksakan juga. Toh bisa dicicil, toh DP nya sangat kecil, banyak kartu kredit. Yang penting bisa dinikmati dulu.

Mereka akan menjadi jerat yang menggigit. Membuatmu mengalami bencana keuangan yang dashyat. Jangan sampai kita membeli barang-barang hanya karena dilihat orang lain. Meminum kopi di rumah dan membawanya dengan tumbler tentu berbeda dengan membawa kopi ternama dengan logo hijau yang Anda tahulah merknya. Jangan ingin membuat terkesan orang yang tidak kita kenal. Makan dimall memang nyaman tetapi bisa saja gajimu tidak cukup bila dilakukan setiap hari. Ayamnya sama, berbeda tempat, berbeda harga. Jika kondisi keuangan tidak memungkinkan kau boleh makan dipinggirnya mall dan jalan-jalan didalam mall. Kujamin bedanya cuma sejengkal. Setelah melewati sejengkal semuanya akan berakhir sama.

Hutang membuatmu menjadi rampasan. Bukan hanya harta benda, pikiran bahkan bisa jadi kesehatan Anda terampas. Aku pernah menemui seorang yang sehat dan bahagia. Tiba-tiba suatu waktu menjadi sakit parah dan kurus. Ternyata itu semua didapat setelah memiliki beban hutang yang besar. Mungkin ada banyak orang seperti dia di luar sana.

Hutang bisa menjadi beban emosi yang berat. Bahkan kasus perceraian tidak semata-mata muncul karena perselingkuhan, tetapi karena masalah keuangan. Memikirkan beban hutang bisa membuatmu susah tidur, mengalami kekhawatiran yang besar dan banyak pikiran.

Hutang juga merampas kemerdekaan kita. Mungkin ada orang yang harus kita tolong, tetapi karena memiliki hutang yang besar, kita tidak dapat melakukannya. Kemampuan dan waktu kita menjadi terbatas untuk membayar hutang.

Hutang mirip seperti kanker. Memiliki tingkatan stadium. Pada stadium satu masi dapat diselamatkan, tetapi memasuki stadium akhir kita hanya bisa berharap pada mujizat. Ada empat tahapan sebelum kita mulai terjerat hutang yang parah.

Tahapan pertama dapat dipastikan penyebabnya adalah besar pasak daripada tiang. Pengeluarannya lebih besar daripada pemasukan dan tidak menyadari. Dengan cara ini jika tidak cepat ketahuan akan memasuki tahap berikutnya. Biasanya ini dilakukan oleh orang-orang yang boros dan mengikuti gaya hidup. Orang yang suka bersenang-senang akan berkekurangan, orang yang gemar pada minyak dan anggur tidak akan menjadi kaya. Jadi jangan selalu menilai orang yang memiliki mobil mewah, pekerjaan yang bagus, perusahaan yang sukses adalah orang kaya! Sebelum Anda melihat neraca keuangannya. Bisa saja jika semua dihitung hasilnya minus!

"Ah, aku rasa untung terus, biaya makan dan hidup hanya sekian". Aku yakinkan perasaanmu itu salah! Kalau tidak percaya coba catat dengan terperinci dan angkanya tidak akan kau sangka. Setahuku semua orang boros itu merasa dirinya hemat. Jika tidak maka dari awal dia sudah bertobat. Orang cenderung merasa, "Jika gajiku naik aku pasti bahagia dan berkecukupan". Aku yakinkan itu salah! Benar mungkin kau merasa cukup, tapi sebentar saja. Selanjutnya kurang lagi. Banyak orang cepat menyesuaikan diri. Dapat satu juta, habis satu juta. Dapat tiga juta, habis tiga juta, dapat lima juta, habis lima juta.

Oh, tentu mudah sekali menyesuaikan diri seperti itu. Manusia memang tidak pernah puas. Kedagingan kita selalu menuntut lebih banyak. Tapi pernahkah kau pikirkan jika gajimu kembali seperti sebelumnya? Sepuluh juta jadi lima juta? Akankah mudah untuk menyesuaikan? Tentu tidak. Memangkas pengeluaran... bisa-bisa memicu perang dunia ketiga dalam keluarga. Coba saja! Itu sebabnya pencatatan keuangan sangat dibutuhkan.

Tahap stadium dua aku pastikan akan kau jalani. Tanpa pencatatan keuangan dengan pengeluaran yang lebih besar dari pemasukan. Yah, mungkin awalnya kupikir tidak ada yang salah. Ada tabungan di bank atau simpanan yang cukup besar. Namun setelah itu semua tergerus dengan gaya hidupku dapat dipastikan. Akhirnya aku hidup dari hutang. Ibarat gali lubang tutup lubang. Masih belum sadar juga? Hutang kecil, masih bisa bayar. Hutang yang wajar kok! Tidak ada alarm yang membangunkan supaya cepat sadar. Ibarat pasien tanpa rekam medik.

Selamat! Anda masuk tahapan berikutnya. Jika kemarin masih dapat membayar tagihan-tagihan tepat waktu, sekarang tidak lagi. Di stadium ketiga, kau mulai terlambat membayar. Membayar bukan dengan jumlah "full" tetapi minimal. Tentu saja ada bunganya. Bunga berbunga lebih baik dilakukan dalam investasi bukan hutang.

Kadang tambahan kartu kredit berasa seperti mendapat dana segar. Apalagi bila limitnya besar. Padahal itu semua sifatnya sementara. Sangat berbahaya ketika dipakai untuk membayar hutang. Dari satu kartu beranak jadi empat belas kartu. Ketika dompetnya dibuka "jreng". Jangan bangga dengan banyak kartu kredit. Jangan kagum dengan orang yang punya banyak kartu kredit. Bisa jadi hutangnya banyak! Bisa jadi... tidak selalu.

Setelah itu sudah pasti kau akan masuk ke stadium empat. Terjerat dalam hutang sepenuhnya. Untuk melepasnya terasa tidak mungkin. Yang kau perlukan hanyalah mujizat! Terperangkap dalam hutang sepenuhnya.

Kalaupun saat ini kau telah memasuki stadium akhir. Tetap saja, kau harus percaya. Bagi Tuhan tidak ada yang mustahil! Ada cara supaya Anda bebas dari hutang dengan cara Tuhan.

Yang pertama adalah komitmen! Jangan berdalih dengan kata-kata hutangku sangat besar. Tidak mungkin lunas! "Bayarlah kepada semua orang, apa yang harus kamu bayar. Pajak kepada yang berhak menerima pajak. Cukai pada yang berhak menerima cukai. Rasa takut kepada orang yang berhak menerima rasa takut. Dan hormat kepada orang yang berhak menerima hormat". Kalau kau komitmen membayar hutangmu, Tuhan akan buka jalan-Nya.

"Orang fasik meminjam dan tidak membayar kembali, tetapi orang benar adalah pengasih dan pemurah". Jangan sampai kita masuk dalam kelompok orang fasik. Walaupun rasanya ingin melarikan diri ke tempat yang baru dan memulai hidup baru. Tuhan mencintai orang yang bertanggung jawab. Aku sendiri juga akan mempertanggungjawabkan semua pada akhirnya.

Cara kedua terdengar tak masuk akal. Selain itu sangat sulit dilakukan untuk kebanyakan orang. Namun percayalah aku melihat yang terjadi pada orang-orang ini. Utamakan Tuhan terlebih dahulu, apapun yang terjadi. Berikan persepuluhan dari penghasilan pertamamu. Sebelum dipotong apapun! Percayalah waktu terbaik untukmu memulai persepuluhan adalah ketika kau masih berhutang.

Bagaimana mungkin kuberikan jika aku sendiri masih minus? Aku mempunyai hutang yang sangat besar? "Bolehkah manusia menipu Allah? Namun kamu menipu Aku dan bertanya, "Dengan cara apa kami menipu Engkau?". Mengenai persembahan persepuluhan dan persembahan khusus!" Menipu Allah berarti juga merampok Allah. Mengambil apa yang bukan milikku dan milikmu. Berikan dengan hati yang takut akan Tuhan. Bukan berharap seperti memancing ikan. Dengan umpan kecil mendapat hasil yang besar. Hati yang seperti itu malah membuat tidak dapat apa-apa.

Cara selanjutnya adalah prioritaskan pembayaran hutangmu pada yang berbunga tinggi terlebih dulu. Bunga tinggi cocok untuk investasi, bukan hutang. Lalu langkah selanjutnya adalah memprioritaskan pembayaran hutang yang jumlahnya kecil terlebih dahulu. Jika banyak orang-orang ke rumah untuk menagih hutang. Cara ini efektif untuk mengurangi tingkat stress Anda. Buat sesedikit mungkin penagih hutang yang datang ke rumah.

Setelah melakukan semua itu, sekarang adalah saatnya memangkas semua pengeluaran yang bisa dipangkas. Tinggalkan gaya hidup yang melebihi kekuatanmu. Kurangi biaya makan, baju. Membeli hanya pada saat bulan-bulan tertentu. Seperti kita ketahui misalnya baju diskon besar-besaran ketika akhir tahun dan pertengahan. Belilah dua kali setahun. "Kok lama amit?" Yah, jika keinginan bebas dari hutang lebih besar daripada untuk beberapa helai baju.

Juallah aset-aset untuk meringankan atau membayar hutang. Jangan di sayang! Setelah Anda mapan nanti lebih mudah untuk memilikinya bahkan jauh lebih baik. Menahannya akan membuat nilainya tidak mencukupi lagi setelah hutangmu membengkak. Lalu sebisa mungkin lakukan ini, alihkan hutangmu dari yang berbunga besar menjadi berbunga kecil. Dan usahakan untuk membayar hutang pokok! Bukan hanya bunganya saja.

Langkah terakhir adalah tidak menambahkan hutang baru sejak sekarang. Jangan tergiur untuk gali lubang tutup lubang. Akan lebih baik jika Anda tidak hanya memikirkan beban hutang. Memikirkan masalah tidak mengubahnya menjadi lebih baik malahan tambah stress karena masalahnya tidak berubah. Memang ketika mengalaminya pikiran jadi buntu. Akan lebih baik jika Anda fokus untuk meningkatkan pemasukan. Pendapatan bertambah, pengeluaran tetap. Lambat laun segala hal yang tadinya tidak mungkin terjadi akan Tuhan ubahkan.