Thursday, June 23, 2016

Finding Your Life Purpose #3

Growing in the Family God

Aku berharap tulisan ini cukup berguna untukmu dan anak-anakku nantinya, karena waktu berlalu cepat.

Sebelum ini kita dikejutkan dengan sebuah berita di Jepang. Bukan hanya kita, bahkan seluruh dunia terkejut. Kisah tentang bocah 7 tahun yang sangat nakal. Saking nakalnya ia berulah lagi ketika sedang dalam perjalanan bersama orang tuanya. Dalam keadaan sangat marah, kedua orang tua anak itu menghukum si anak dengan cara memberhentikan mobil dan meninggalkan anak itu di tepi jalan sendirian, di samping hutan. Lalu mereka pura-pura pergi. Setelah beberapa saat mereka berputar kembali untuk menjemputnya dengan harapan anak kecil itu ketakutan dan jera. Hasilnya di luar dugaan mereka, dalam waktu yang sebentar itu si anak telah menghilang tanpa jejak. Jalanan sangat sepi dan ada kemungkinan ia masuk ke dalam hutan. Yang membuat mereka menyesal adalah hutan itu dihuni oleh beruang-beruang ganas. Mereka panik ketakutan, melapor polisi dan berupaya mencari anak kecil itu. Semua orang yang mendengar sangat marah. "Bagaimana mungkin kalian sebagai orang tua meninggalkan seorang anak kecil sendirian di tengah hutan yang di huni beruang ganas?" Aku dengar 150 orang tentara dikerahkan untuk menyisir hutan. Dalam waktu 48 jam mereka tidak menemukan anak itu. Keesokan harinya mereka terus berjuang berusaha mencari untuk menyelamatkan nyawa anak kecil itu. Sampai hari ke-4 mereka tidak menemukannya. Perasaan khawatir menghinggapi mereka semua. Bagaimana jika nanti diserang beruang? Bagaimana ia makan atau minum? Pada hari ke-6 anak itu ditemukan di kamp pelatihan tentara yang terletak di tengah hutan tanpa kekurangan suatu apapun kecuali kelaparan dan kehausan. Bagaimana mungkin? Kurasa mujizat telah terjadi. Tuhan yang melindungi anak ini. Kau pikir mengapa semua orang khawatir?

Karena ia anak kecil berumur 7 tahun dan terpisah dari keluarganya. Kita semua memiliki keluarga. Keluarga jasmani saat kita hidup di dunia ini dan keluarga rohani setelahnya. Keluarga jasmani sifatnya hanya sementara. Tetapi keluarga rohani kita sifatnya kekal. Karena itu perjuangkan keluarga jasmani kita yang belum lahir baru supaya kita tetap berkumpul bersama-sama nantinya. Percaya kepada Tuhan Yesus dan lahir baru sebagai anak Allah.

Babtisan air adalah tanda kelahiran baruku dalam keluarga Allah. Sejak ribuan tahun yang lalu, cincin kawin telah menjadi lambang komitmen antara suami dan istri. Lingkarannya yang tak berujung menyimbolkan kekekalan. Lubang ditengahnya dipercayai sebagai pintu gerbang untuk menuju hal-hal dan berbagai peristiwa, baik yang telah atau belum diketahui. Dengan demikian pertukaran cincin juga dapat diartikan sebagai deklarasi cinta yang abadi di antara dua pribadi, apapun yang terjadi.

Ketika mereka memasangkan cincin di jari satu sama lain, mereka sedang memeteraikan cinta mereka ke dalam sebuah pernikahan. Untuk mengakui satu sama lain sebagai pasangan hidup di hadapan banyak orang. Hal ini, tentu saja didasari oleh kasih dan kerelaan hati kedua mempelai.

Dalam beberapa sudut, babtisan memiliki artian yang sama seperti cincin kawin. Namun, tentu saja babtisan juga memiliki makna yang jauh lebih dalam lagi. Ketika kita ditenggelamkan ke dalam air, kita diingatkan akan kasih Allah kepada kita. Bahwa Yesus telah mati di kayu salib dan dibangkitkan kembali dari antara orang mati untuk kebaikan kita. Kita memberi diri dibabtis bukan sebagai syarat keselamatan, tetapi sebagai pernyataan iman kita kepada Tuhan Yesus di hadapan dunia. Sebagai simbol pertobatan dan komitmen untuk memulai lembaran hidup baru sebagai anak Allah. Karena ketika dibabtis, kita dimeteraikan Allah sebagai anak-Nya dan menjadi bagian dari keluarga Allah. Yang juga berarti bahwa kita berhak untuk menerima janji-Nya.

Sebelum menikah, seorang gadis masih bisa diperebutkan. Tetapi setelah menikah ibarat sudah dimeteraikan. Sudah sah. Hubungan yang serius.

Sebagai anak-anak Allah, kita harus tinggal dalam keluarga Allah. Memiliki wadah untuk bertumbuh. Bagiku tempat itu adalah gereja. Demikianlah kita bukan lagi orang asing dan pendatang, melainkan kawan sewarga dari orang-orang kudus. Ada gereja universal dan gereja lokal. Gereja universal artinya kita menjadi kawan sewarga dari orang-orang kudus di seluruh dunia. Gereja lokal artinya kita menjadi anggota-anggota keluarga Allah.

Arti dari menjadi keluarga Allah adalah hidup bersama, berfungsi dan bekerja sama dalam keluarga rohani kita, yaitu gereja lokal di mana Tuhan menempatkan kita.

Alkisah ada seorang anak yang tertidur setelah menikmati makanannya. Sementara ia tertidur, anggota-anggota tubuhnya mulai mengadakan rapat. Mereka hendak membicarakan siapa yang baru saja memberikan kontribusi terbesar bagi tubuh si anak. "Tentu saja aku", ujar si perut dengan bangga, "Tanpa aku yang mencerna makanan, nutrisi tidak dapat disalurka  ke seluruh tubuh". Mulut tidak dapat menerimanya, "Tapi akulah yang mengunyahnya, selain itu, tanpa aku, tubuh tidak dapat merasakan nikmatnya makanan". Tanganpun membuka suaranya, "Akulah yang berperan menyuapkan makanan kepadamu, mulut". "Dan aku yang berlari untuk mengejar si abang jualan," sambar kaki. Matapun tak mau kalah, "Ya, tanpa aku, kau tentu tidak dapat melihat ke mana kau berlari". Untuk beberapa saat lamanya, mereka saling sibuk berdebat. Mendengarkan itu semua, akhirnya telinga berucap, "Jangan lupa, siapa yang mendengar seruan 'Bakso! Bakso!' dari dalam rumah?"

Sama seperti setiap anggota tubuh yang memiliki fungsi berbeda, tetapi saling mendukung untuk mencapai tujuan, demikian juga dengan setiap kita sebagai anggota tubuh Kristus. Ketika kita diciptakan, Tuhan sudah menentukan kita untuk melakukan tugas yang berbeda-beda. Walaupun begitu kita semua adalah satu kesatuan. Orang Kristen tanpa gereja lokal adalah seperti anggota tubuh tanpa tubuh keseluruhannya.

Bergabung dalam keluarga Allah sangat bermanfaat buat kita. Kita bisa belajar menjadi keluarga-Nya Tuhan dan menemukan tujuan hidup kita sebagai anak-anak Allah. Kita juga digembalakan, diarahkan supaya tidak tersesat. Semuanya berakhir pada jalan kehidupan. Kita juga mendapat perlindungan rohani dan dimuridkan sehingga bertumbuh dewasa menjadi serupa dan segambar dengan Allah. Pemuridan adalah kunci kita bertumbuh dalam karakter. Diumpamakan seperti berikut. Kita bersekolah untuk mendapatkan ilmu pengetahuan. Namun Keluarga adalah sekolah kehidupan. Di sana kita belajar aturan, larangan, perintah, toleransi, menghargai dan kasih sayang. Apa gunanya bila seorang anak sangat pandai dalam semua bidang ilmu pengetahuan namun tidak tahu cara menghargai, tidak memiliki toleransi dan kasih sayang?

Thursday, June 16, 2016

Finding Your Life Purpose #2

Mungkin kau masih bertanya-tanya, untuk apa kita hidup? Mengapa aku ada di dunia ini? Apakah Tuhan dengan senang hati menciptakan kau dan aku? Jika begitu bukankah kita diciptakan untuk menyenangkan hati Tuhan?

Apakah Tuhan egois? Masa aku diciptakan hanya untuk menyenangkan hatinya? Bukankah kau harus berkenan kepada Allah? Kamu telah mendengar dari kami bagaimana kamu harus hidup supaya berkenan kepada Allah. Hal itu memang telah kamu turuti, tetapi baiklah kamu melakukannya lebih bersungguh-sungguh lagi.

Jadi benar, kita hidup untuk menyenangkan hati Tuhan. Sebenarnya kau diciptakan persis seperti itu. Serupa dan segambar dengan Allah. Tuhan senang menciptakan. Manusia juga senang menciptakan berbagai macam hal. Kulkas, tv, sepatu, gawai, komputer dan berbagai macam hal lainnya. Untuk apa manusia menciptakan semua itu? Menyenangkan hatinya? Apakah manusia egois?

Jika barang-barang itu berbicara, mungkin sepatuku akan protes. "Aku tidak mau diciptakan hanya untuk diinjak-injak. Lebih baik aku jadi telepon saja."

Lalu bagaimana caranya menyenangkan hati Tuhan? Ada sebuah kisah yang kupelajari. Kuharap kau tidak keberatan membaca untuk mendapatkan jawabannya. 

Ketika Yesus dan murid-muridnya dalam perjalanan, tibalah Ia di sebuah kampung. Seorang perempuan yang bernama Marta menerima dia di rumahnya. Perempuan itu mempunyai seorang saudara yang bernama Maria. Maria ini duduk dekat kaki Tuhan dan terus mendengarkan perkataan-Nya, sedang Marta sibuk sekali melayani. Ia mendekati Yesus dan berkata: "Tuhan, tidakkah Engkau peduli, bahwa saudaraku membiarkan aku melayani seorang diri? Suruhlah dia membantu aku." Tetapi Tuhan menjawabnya: "Marta, Marta, engkau kuatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara, tetapi hanya satu saja yang perlu: Maria telah memilih bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil dari padanya."

Kau lihat kan? Marta sibuk, lelah dan frustasi sendirian. Akhirnya emosi dan mengadu pada Yesus. Menyerang Maria yang diam saja. Yesus membela Maria. Maria dekat-dekat Tuhan.

1. Suka dekat-dekat Tuhan
Maria suka mendekat pada Tuhan. Kita juga akan diperlakukan sama seperti Maria ketika dekat-dekat Tuhan. Dibela ketika ada orang-orang yang menyerang kita.

Sebenarnya tanpa sadar aku sering ada di posisi Marta. Kuatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara. Sibuk bekerja dari pagi sampai malam. Sibuk mengkhawatirkan hal-hal yang bahkan belum tentu terjadi. Bagaimana denganmu? Apakah kau juga sibuk dengan urusanmu sendiri? Menggunakan seluruh pikiran dan kemampuan sendiri seperti Marta tanpa menyadari bahwa kita sangat terbatas? Padahal jika kau dan aku berhenti sejenak untuk dekat-dekat Tuhan semuanya akan berbeda.

Kau dan aku bebas berpikir dan bergumam dalam hati. Orang lain tidak akan tahu selama kita tidak mengucapkan melalui bibir kita karena mereka mendengar dengan telinga jasmani. Tetapi Tuhan berbeda. Ia hanya mendengar ucapan yang keluar dari hati kita. Rencana hati kita dan pikiran kitalah yang naik ke hadapan Tuhan.

Ketika kita bangun tidur dengan suasana hati yang tidak baik. Lalu mengeluh dalam hati. "Aduh, aku malas berbicara dengan-Mu. Aku sedang tidak ingin bertemu dengan-Mu. Kenapa hari ini aku harus ke rumah-Mu sih? Tulisan-Mu begitu membosankan, aku tidak mau membacanya! Membuatku mengantuk."

"Kau pikir enak ya, bertemu orang yang tidak suka padamu? Kau kira aku akan mendatangi orang yang malas melihatku?", tanyamu dengan nada serius. Ternyata seperti itulah perasaan Tuhan. Sedih sekali rasanya ketika mengetahui bahwa aku sering menyakiti hati Tuhan.

Pelajaran kisah kedua. Ketika Yesus berada di Betania, di rumah Simon si kusta, dan sedang duduk makan, datanglah seorang perempuan membawa suatu buli-buli pualam berisi minyak narwastu murni yang mahal harganya. Setelah dipecahkannya leher buli-buli itu, dicurahkannya minyak itu ke arah kepala Yesus. Ada orang yang menjadi gusar dan berkata seorang kepada yang lain: "Untuk apa pemborosan minyak narwastu ini? Sebab minyak ini dapat dijual tiga ratus dinar lebih dan uangnya dapat diberikan kepada orang-orang miskin." Lalu mereka memarahi perempuan itu. Tetapi Yesus berkata: "Biarkanlah dia. Mengapa kamu menyusahkan dia? Ia telah melakukan suatu perbuatan yang baik pada-Ku. Karena orang-orang miskin selalu ada padamu, dan kamu dapat menolong mereka, bilamana kamu menghendakinya, tetapi Aku tidak akan selalu bersama-sama kamu. Ia telah melakukan apa yang dapat dilakukannya. Tubuh-Ku telah diminyakinya sebagai persiapan untuk penguburan-Ku. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya di mana saja injil diberitakan di seluruh dunia, apa yang dilakukannya ini akan disebut juga untuk mengingat dia."

Perempuan dalam kisah ini dipercaya sebagai Maria yang sama dengan kisah sebelumnya. Untuk yang kedua kalinya Yesus membela dia ketika orang banyak memarahinya. Banyak orang ditolong Tuhan, "dulu". Dekat dengan Tuhan, "dulu". Tapi itu dulu, sekali saja. Bukan seterusnya. Berbeda dengan Maria yang terus dibela oleh Yesus. Sebenarnya apa yang dilakukan Maria sehingga terus menerus dibela Yesus?

2. Berani berkorban besar bagi Tuhan.

Tidak semua orang menyukai apa yang kau lakukan. Tidak semua orang menyukai ketika aku berdoa atau membaca Alkitab. Tapi ketika kita berkorban untuk Tuhan, Ia yang akan membela kita dengan cara-Nya. Seperti Ia membela Maria.

Maria berani berkorban besar buat Tuhan. Minyak narwastu yang dipersembahkan Maria itu senilai 300 dinar. Setara dengan upah kerja 1 tahun. Untuk mendapatkannya tidak cukup menggunakan waktu 1 tahun. Belum dipotong biaya hidup dan pengeluaran saat bekerja. Keberanian Maria berbuat baik bagi Tuhan membuat pembelaan Tuhan selalu ada dalam hidupnya.

Maria melakukan perbuatan baik. Orang-orang tidak suka dan menganggap hal itu sebagai pemborosan. Maria baik dan orang- orang tersebut tidak jahat. Tetapi mereka berbeda pendapat karena prioritas hidup mereka berbeda. Cara pandang mereka berbeda. "Viewnya" beda. Jadi ngga akan pernah ketemu.

Jika prioritas hidupmu untuk Tuhan, kau akan berikan yang terbaik untuk Tuhan. Tapi jika prioritas hidupku berbeda, tentu aku akan memandang hal yang kau lakukan sebagai suatu pemborosan karena hidupku hanya selama aku ada di dunia. Sementara kau memandang sebagai suatu persiapan untuk bertemu Tuhan.

Orang yang berani berkorban buat Tuhan, sesungguhnya sedang mengumpulkan harta di sorga.

3. Melalui perkataan dan perenungan yang manis didengar Tuhan.

Isi hati kita akan naik dihadapan Tuhan ibarat sebagai dupa yang harum. Kita selalu berkata-kata atau merenung dalam hati. Seperti apa isi diri kita sesungguhnya hanya Tuhan yang tahu. Salah satu cara untuk menyenangkan Tuhan dan membuat Tuhan tersentuh adalah dengan pujian dan penyembahan.

Menyanyi itu bukan menyembah. Arti menyembah yang sesungguhnya adalah sikap hati dalam hidup kita sehari-hari. Akhirnya dengan menyadari segala kekuranganku. Aku tahu betapa aku sering sekali berdosa pada Tuhan. Memprotes dalam hati hal-hal yang tak perlu. Terkadang masih kurang bersyukur. Entah bagaimana denganmu.

Satu-satunya cara yang paling memudahkan memang mengibaratkan. Bahwa saat ini kita dalam masa persiapan di rahim ibu selama 9 bulan.

Finding Your Life Purpose #2

Monday, June 6, 2016

Menemukan Tujuan Hidupmu #1

Aku dan kau. Semua orang di muka bumi ini berusaha menemukan yang terbaik untuk dirinya. Jalan hidup yang menurutmu sempurna. Keluarga yang menurutku ideal. Karir yang menurut kita membanggakan. Sebagian lagi malah menjalani hidup dengan berfoya-foya, narkoba, seks bebas atau hal negatif lainnya. Itu karena mereka tidak mengerti bahwa kita hanya menjalani ujian.

Kau dan aku ada bukan karena kebetulan. Kamu tidak diciptakan untuk memenuhi Kota Jakarta yang sudah padat ini. Aku juga tidak diciptakan untuk menghabis-habiskan oksigen di bumi. Kau diciptakan dengan suatu maksud dan tujuan. Begitu pula denganku.

Mungkin ada beberapa teori yang berkata lain. Teori Evolusi ilmuwan Darwin. Namun manusia bisa salah. Meskipun ia seorang ilmuwan. Aku tidak percaya kita terjadi karena kebetulan. Karena benturan-benturan atau perubahan hal lainnya monyet menjadi manusia.

Kepercayaan kita, masing-masing adalah benar. Menurut kita sendiri. Hanya hal itu yang kita pelajari. Aku tak akan menyanggahmu. Kau tak akan menyanggahku. Kau memiliki-Nya. Aku juga merasa begitu. Pertanyaannya : Apakah kita tahu garis akhir kita? Hanya orang yang sungguh-sungguh mengerti tujuan hidup bisa berkata seperti ini.

Seekor lalat setelah lahir, berputar-putar. Hinggap kesana kemari. Ternyata hidupnya hanya 1-24 jam. Kau tertawa mendengarnya. "Kasihan sekali si lalat, aku tinggal nonton setelah selesai dia sudah mati. Paling cepat 1 jam paling lama 24 jam. Alangkah singkat hidupnya."

Kau tahu tidak? Tuhan juga melihat kita seperti si lalat itu. Hidup kita seperti uap yang sebentar lenyap. Satu hari untuk Tuhan adalah seribu tahun untuk manusia. Dalam hidup yang singkat ini, manusia malah saling menjatuhkan, sibuk mengejar karir dan melupakan keluarga, sibuk mengumpulkan uang dengan menghalalkan segala cara. Lalu Tuhan tertawa melihat manusia.

Sekarang kalau kita sadar hidup kita sesingkat itu. Apa yang akan kita lakukan? Cara terbaik untuk memahami alasan mengapa kita ada di dunia ini adalah bertanya kepada Tuhan Sang Pencipta kita, dan mempelajari buku manualnya. Segala sesuatu diciptakan oleh Tuhan dan untuk Tuhan!!

Masa hidup kita adalah tujuh puluh tahun, dan jika kita kuat delapan puluh tahun. Seperti rumput yang bertumbuh. Waktu pagi tumbuh dan berkembang, di waktu petang lisut dan layu. Dulu rasanya kita masih tujuh belas tahun. Tidak terasa dua puluh tahun telah berlalu.

Mungkin terasa sulit membayangkan, tetapi perspektif dunia tentang kehidupan pasti berbeda dengan perspektif Tuhan tentang kehidupan.

Bagi dunia, aku hanya hidup selama aku ada di dunia. Bagi Tuhan, kehidupan di dunia ini hanyalah persiapan bagimu untuk hidup dalam Rumah Tuhan.

Seperti janin dalam perut selama sembilan bulan sepuluh hari. Dunia dalam rahim hanyalah persiapan walaupun ia telah benar-benar hidup. Namun kehidupan sesungguhnya dimulai ketika ia dilahirkan ke dunia.

Sebab aku tak memperhatikan yang kelihatan, melainkan yang tak kelihatan, karena yang kelihatan adalah sementara, sedangkan yang tak kelihatan adalah kekal. Sebab jika kau tahu, jika kemah tempat kediaman kita di bumi ini dibongkar. Allah telah menyediakan suatu tempat yang lebih baik untuk kita. Yang tidak dibuat oleh tangan manusia.

Dunia kekal terdiri dari dua tempat : Surga dan Neraka. Yang menentukan di dunia kekal mana kita akan berada nanti adalah hubungan kita dengan Tuhan selama kita hidup di dunia ini.

Memilih hidup bersama Tuhan, kita akan dibawa ke tempat di mana Tuhan berada. Itulah Surga.

Memilih hidup tanpa Tuhan, akan membawa kita ke tempat di mana Tuhan tidak ada. Itulah Neraka.

Bagaimana seharusnya kita menjalankan hidup kita di dunia fana ini? Hiduplah seperti orang asing dan pendatang di bumi ini. Jangan biarkan hatimu melekat dengan apa yang ada di dunia ini.

Kerjakanlah tugas yang diberikan Tuhan kepadamu selama kau hidup di dunia ini.

Finding Your Life Purpose #1