Monday, February 29, 2016

Jogja Itu Istimewa Dimataku

Aku beruntung lahir di kota kecil yang unik. Orang menuliskan namanya Daerah Istimewa Yogyakarta. Jogja itu istimewa dimataku. Juga bagi mereka orang-orang yang sempat merasakan nafas hidup di sana.

Jogja kukenal pertama kali saat aku tinggal bersama kakek dan nenek. Rumah bambu dengan pagar kayu sederhana buatan kakek. Di depan halaman rumah pohon-pohon gandarusa bergelantungan seakan berebut menyambut seseorang. Itulah Jogjakarta.

Di sudut Jetis berdekatan dengan tugu kecil monumental aku menyendiri. Mengamati kegiatan orang-orang yang ramah. Aku tidak banyak teman karena itu aku mengira Jogja itu sejenis denganku. Selalu berteman dengan sunyi. Bukan karena aku menginginkannya, tapi mereka tidak menginginkanku. Namun ternyata aku salah.

Hari demi hari, bulan demi bulan dan tahun demi tahun kulalui tanpa terasa. Seakan Jogja makin lama makin terkenal. Layaknya artis yang kebanjiran penggemar. Kini kemacetan mulai melanda. Namun keramahtamahan masih kental terasa. Seperti dulu aku mengingatnya. Sesederhana masakan nenek. Brongkos, tahu dan tempe bacem, oseng tempe dan krecek yang di masak bersama hati ampela. Nenek dan kakek telah tiada. Namun kenangan itu tak pernah redup, selalu membuatku kembali. Semua masakan nenek masih dapat kunikmati sesampai di sana. Untuk tahu, jadah dan tempe bacem aku menyempatkan bertandang ke Kaliurang. "Cukup ditempuh dengan waktu singkat. Kau dapat menikmati pemandangan alam nan indah". Kata seorang teman yang tidak menyadari keaslianku sebagai penduduk Jogja.

Kaliurang adalah pegunungan sejuk tempat Merapi bersarang. Walau terakhir sempat terkaget mendengar suara gemuruh letusan. Berakhir kepulangan yang lebih cepat dari jadwal. Keputusanku tak salah. Nyatanya dua hari kemudian Merapi benar-benar meletus. Villa Kaliurang tempat kami bermalam terkena amukan awan panas bernama wedus gembel. Dan kami berduka karena kepergian Mbah Marijan. Juru kunci Merapi. Merapi adalah salah satu komponen trimurti selain Kraton dan Parangtritis di Jogjakarta.

Tanpa kusadari Jogja itu telah mengasuhku dan ribuan orang diluar sana. Aku penduduk asli lahir dan tumbuh dewasa di kota ini. Orang tuaku juga lahir di sini. Aku bersama-sama ribuan di luar sana menuntut ilmu di kota pelajar yang sederhana ini. Menikmati makan di angkringan dan warung burjo. Lalu ngobrol dengan orang-orang yang ramah sambil menikmati senja.

Kadang makan nasi kucing tengah malam menjadi kegiatan yang mengasyikkan. Hampir semua orang yang pernah bertandang ke Jogja tahu nikmatnya memakan sebungkus nasi mungil sederhana ini. Kehadirannya merupakan penyelamat perut semua kalangan. Bukan hanya mahasiswa di bulan tua atau mas-mas penarik becak yang lapar saja. Juga bagi semua orang yang ingin merasakan kesederhanaan tanpa batas.

Sebuah gerobak sederhana berhias nyala lampu senthir biasa ditemui di Jogja. Kadang ditemukan menerangi aneka macam sate dan gorengan. Kadang ditemani aroma arang berpadu wangi jahe serta tikar-tikar yang selalu digelar. Hangatnya wedang ronde terasa begitu merasuk. Kala itu hujan rintik-rintik, melihat seorang ayah menyeruput. Maka tanpa menahan diri akupun memesan satu untuk menyelimuti malam yang dingin. Kata Joko Pinurbo Jogja itu rindu, pulang dan angkringan. "Hmm... itu benar."

Dimulai dengan kisah terpecahnya Kerajaan Mataram menjadi Kasunanan Surakarta dan Kesultanan Yogyakarta. Kraton sebagai tempat tinggal Sultan menjadi denyut nadi kehidupan rakyat. Tempat wisatawan domestik dan mancanegara berkunjung. Memang terlihat sederhana. Tapi kau tidak bisa melihat dari kulitnya saja. Karena didalamnya mengandung banyak nilai berharga. Aku mengingat ketika kakek mengatakan padaku.

Kraton adalah Kerajaan Jogjakarta. Dipimpin oleh seorang Sultan. Memiliki abdi-abdi dalem yang menjunjung tinggi kesetiaan. Tidak ada yang menyamainya. Bagi mereka mengabdi pada raja sama seperti pada Tuhan. Jangan kau bayangkan gaji mereka besar sehingga mereka mau melakukannya. Penghasilan mereka bahkan hanya beberapa puluh ribu. Kau heran? Sudah kubilang, itulah Jogja. Kau tidak hanya terkesan padanya. Kau akan terkagum-kagum padanya.

Jangan pula kau kira mereka para abdi dalem hidup sengsara dan melarat. Untuk menghargai kesetiaannya sejak dulu para Sultan telah menjamin kesejahteraan mereka. Rumah untuk ditinggali dan sekolah untuk anak-anak mereka.

Untuk manusia yang merasa modern. Kesenianmu dipandang lawas. Ketoprak yang kental dengan nuansa Jawa. Bagi nenek dan kakek itu adalah tayangan favorit. Sinetron atau telenovela tak menandinginya.

Jathilan dengan kuda lumping. Bagaimana mungkin mereka bahkan mengunyah kaca-kaca tajam itu. Memakan lidah api. Menginjak pecahan kaca. Tanpa luka diakhir pertunjukan. Bagi kami semuanya itu misteri. Sebagian orang menanggap dengan acuh tak acuh.

Semua ini mereka lakukan di alun-alun. Layaknya panggung raksasa dan taman hiburan rakyat. Sekaten adalah perayaan ritual tahunan. Rakyat Jogja rela berdesak-desakan untuk mendapatkan tumpeng gunungan raksasa. Kami menganggapnya 'ngalap berkah'. Berhasil mendapatkannya berarti keberuntungan sepanjang tahun.

Wayang adalah yang paling sering kakek mainkan. Dulu kau akan menemukan di sepanjang jalan Malioboro yang eksotis. Itu awet. Mereka membuatnya dari kulit sapi. Bagi kakek dan nenek itu adalah pertunjukan romantis. Membuat mereka saling bergandeng tangan.

Entah aku juga berpikir demikian. Bagiku Jogja romantis dengan seluk beluknya. Bukan berarti aku menyuruhmu berjalan dengan mata tertutup di alun-alun melewati ringin kembar. Seperti yang turis-turis lakukan di alun-alun. Maksudku kau cukup berpikir tentangnya maka rasa itu muncul sendiri. Apalagi ketika berada di sana. Ditemani secangkir teh hangat yang manis untukku. Atau kopi pahit yang panas untukmu. Ujarku kepada seorang teman. Ini adalah kisah terakhir kakek dan nenek untukku. Aku berusaha mengingat penggalan demi penggalan.

Sungai Jogjakarta tidak sepanjang Bengawan Solo. Sebuah Kali Code. Kecil dan bersih. Kala itu terdaftar dalam golongan kurang mampu. Terlantar, kotor dan sengsara. Namun sepasang tangan dari Ambarawa peduli terhadapmu. Memanusiakanmu. Menjadikanmu salah satu kota kecil terbaik. Hanya karena ia mengenalmu. Setelah sempat tinggal di Kotabaru yang kuno. Romo YB Mangunwijaya.

Beruntung ia jatuh hati padamu. Kota kecil dengan sungai kecil yang kehilangan arah. Hatinya yang secerah mutiara membuat namamu terdengar di dunia luar. Seorang pastur, budayawan, pemikir, seniman dan arsitek membuatmu tampak begitu berharga. Kau harus selalu mengingatnya. Kepergiannya yang begitu cepat. Membekas dihati kita. Romo Mangun di sana kau hidup selamanya.

Selain Kotabaru di sana ada Kotagede. Semua perhiasan perak dapat  ditemukan. Dengan model cantik harga terjangkau. Bahkan miniatur ataupun sendok garpu ada di sana. Kurasa kau mulai paham mengapa aku berkata Jogja romantis.

Jika belum memuaskanmu, kita dapat berjalan lebih jauh ke kasongan. Membuat berbagai macam kerajinan tanah liat. Berbagai tembikar sampai souvenir pernikahan.

Sudah kubilang, mungkin kau setengah protes. "Mengatakan itu bukan Jogja, hanya tetangga saja!" Kalau tidak percaya, boleh kau coba lakukan tes-tes berikut. Bertanyalah pada orang Sleman atau orang Bantul dan sekitar. "Darimana asalmu?". "Jogja", jawabnya yakin. Saat itu aku akan tersenyum dan berkata padamu, "Benar kan yang kukatakan?"

Kau juga tahu bahwa batik milik Indonesia. Hal itu sudah diakui dunia. Namun jogja memiliki lemari pakaiannya sendiri. Sepertiku dan sepertimu. Batik tulis Jogjakarta kebanyakan adalah batik jawa. Dan batik jogja memiliki motifnya sendiri. Motif ceplok berarti kerukunan keluarga. Motif kawung seperti raja disekeliling rakyatnya. Motif parang khusus untuk anggota kerajaan disebut batik larangan. Karena dulu digunakan untuk berperang.

Ada juga pakaian adat kerajaan bahkan masih terus dipakai sampai sekarang. Di keraton para pria memakai blangkon atau destar, surjan dan kain jarik. Wanita memakai kebaya, kain jarik dan konde atau sanggul polos.

Di sekitar Jogja sendiri ada banyak pantai. Bagiku makin sepi pengunjung, makin indah dipandang. Namun rata-rata wisatawan akan memilih Pantai Parangtritis yang melegenda dengan kisah seorang putri Kerajaan Mataram. Terkenal dengan kecantikannya, sang raja sangat menyayanginya. Sayang, raja mengambil selir karena begitu menginginkan anak laki-laki sebagai penerus keturunan. Setelah berhasil melahirkan seorang putra mahkota, hatinya tidak puas. Ia iri kasih raja terhadap sang putri, iri kepada kecantikan dan kemolekannya. Membujuk raja untuk mengusir anaknya sendiri. "Apa kau sudah gila?", teriak raja gusar.

Dasar hatinya memang jahat. Setelah beberapa waktu ia menyusun rencana pengusiran anak tirinya. Memanggil dukun ternama, menjanjikan hal-hal yang tak terbayangkan kepada mereka untuk menenung sang putri menjadi buruk rupa, penuh nanah dan berbau menyengat. Maka sedihlah hati sang raja dan putrinya. Raja memanggil tabib-tabib terbaik untuk mengobati anak gadisnya. Minggu demi minggu tanpa hasil. Ia perlahan kembali membujuk raja untuk menyingkirkan sang putri dengan dalih mempertahankan nama baik Kerajaan.

Akhirnya dengan berat hati raja menyetujui rencana pengusiran tersebut. Putri raja yang berhati mulia inipun berjalan tak tentu arah sambil menangis. Setelah berjalan sangat jauh sampailah ia di pantai dengan air yang sangat jernih. Di sana ia bertemu dengan seorang dewi penguasa lautan bernama Kanjeng Ratu Kidul. Ia menjanjikan kesembuhan sang putri hanya dengan menenggelamkan diri di pantai. Ajaib... setelah membasuh dirinya berkali-kali kecantikan dan kemolekan sang putri kembali bahkan lebih dari sebelumnya.

Ia tidak kembali ke istana. Melainkan dianugerahi berbagai kesaktian dan menjadi adipati penguasa pantai Selatan dengan berubah wujud sebagai mahkluk halus. Nama baru untuknya adalah Nyi Loro Kidul. Loro berarti sakit atau dua dan kidul berarti selatan. Saat ini kami menyebutnya Nyi Roro Kidul. Mayoritas rakyat Jogjakarta mempercayai keberadaan mereka sampai sekarang.

Segera tahun-tahun berlalu kejadian sang putri telah terlupakan. Semua orang yang mengenalnya telah tiada digantikan dengan penerus-penerus yang baru. Sementara kecantikan Nyi Roro Kidul terkenal di segala penjuru. Para pangeran muda dari kerajaan-kerajaan di pulau Jawa berusaha mendapatkan hatinya. Putri memberi syarat, yaitu mereka yang berhasil mengalahkan kesaktiannya di atas gulungan ombak yang ganas akan diterima menjadi suaminya. Hanya yang kalah akan menjadi pengiringnya. Sayang tidak ada seorangpun berhasil dan hanya menjadi pengiringnya.

Konon ombak di Parangtritis memang sangat ganas dan menyabet siapa saja yang ia inginkan. Terutama orang-orang berbaju hijau. Warna favorit Nyi Roro Kidul.

Semasa masih hidup nenek selalu mempercayai keberadaan mereka. Mengikuti upacara tradisional labuhan yang diadakan Sultan. Lalu ada pementasan tari paling sakral di keraton. Katanya ketika sembilan penari tengah menari mendadak muncul penari ke sepuluh dalam rupa berkilauan yang dipercayai sebagai Kanjeng Ratu Kidul sendiri. Kanjeng Ratu Kidul adalah seorang pertapa putri Raja Pajajaran yang rajin bersemedi yang akhirnya berubah menjadi mahkluk halus. Lalu jatuh cinta pada calon penguasa Kerajaan Kraton Jogja pertama.

Dimulai dengan kisah pertapaan Panembahan Senopati bertemu Kanjeng Ratu Kidul dan berhasil memegang kekuasaan Kasultanan Jogjakarta. Kanjeng Ratu Kidul berjanji akan menjaga kelangsungan Kraton Jogjakarta dan Kraton Surakarta karena keduanya merupakan penerus Kerajaan Mataram. Ia dipercayai sebagai istri spiritual para raja dan keturunannya. Namun Keraton Jogjakarta dijanjikan memiliki kedamaian selama sepuluh masa oleh sang ratu karena salah satu Sultan menjodohkan dengan lelembut Merapi. Hal ini dianggap penolakan.

Kebenaran yang tak pernah terungkap dan selalu dipertanyakan. Nyatanya saat ini keturunan  Sultan Hamengkubuwono X semuanya perempuan. Cerita kakek dan nenek soal sepuluh masa hampir meyakinkanku.

Kota kecil dengan cinta yang besar dan legenda yang mencengangkan. Di mana lagi dapat kau temukan yang seperti ini? Kasihnya meluas ke seluruh penjuru. Seakan virus yang bergerak menginfeksi area sekitarnya. Cinta rakyat kepada raja dan abdi dalem tanpa pamrih. Rumah-rumah Kali Code untuk golongan tidak mampu. Segalanya bercerita tentang kesederhanaan tanpa batas. Kisahnya melegenda sebagai kota budaya, kota pelajar dan kota wisata. Bagaikan kuil tua tempat kami hidup dengan berbagai cara.

Tulisan ini diikutkan dalam lomba blogger Gramedia. Diambil dari berbagai sumber.

Friday, February 5, 2016

Good Succes and Bad Success 1

Banyak pengertian berbeda tentang sukses.
Sukses itu kalau uangmu banyak.
Sukses itu jika jabatanmu penting atau kedudukanmu penting.
Sukses itu bila pendidikanmu tinggi.
Sukses itu berarti melegenda.
Ada banyak lagi definisi sukses. Semua tak salah, namun tidak sepenuhnya benar.

Ada dua macam sukses :
Pertama adalah sukses yang baik. Dicapai dengan cara-cara yang benar.
Kedua adalah sukses yang tidak baik atau buruk. Dicapai dengan cara-cara yang salah dan biasanya berakhir menyedihkan.

Menurutmu mana yang lebih baik? Sukses dengan usaha keringat sendiri yang hasilnya membahagiakan orang disekitarmu? Atau...
"Lihat, ia kaya dan sukses menyedot harta pihak lain. Merugikan banyak orang. Membuat orang lain sengsara tidak apa-apa. Asal dirinya kaya, makmur, terpandang di dunia".

Biarlah orang-orang memperhatikan. Mengagumi bahkan. Lalu jika mereka menginginkan sekadar sukses akan meniru caranya.

Untuk apa sukses seperti itu? Kau tidak perlu kagum padanya. Jangan memuja orang yang suksesnya karena korupsi atau mencelakakan orang lain. Tidak usah...

Sungguh jika kau lihat berkeliling tidak ada seorangpun di antara mereka yang dapat memberikan petunjuk atau jawaban. Perbuatan mereka hampa. Angin dan kesia-siaan.

1. Sukses yang baik membuatmu melekat pada Tuhan

Seratus dua puluh tujuh tahun yang lalu, tepatnya tanggal 20 April 1889. Anak laki-laki ini bersekolah pada sekolah menengah pertama. Ia merupakan pelajar yang baik. Namun ketika kelas enam, tahun pertamanya di sekolah menengah atas, ia gagal dan harus mengulang kelas. Ia bilang kegagalan itu disebabkan pemberontakan kepada ayahnya yang menginginkan dia mengikuti jejak karier ayahnya. Padahal ia memiliki cita-cita sendiri.

Pemberontakan ini berlanjut. Membentuknya menjadi pribadi yang keras, kejam dan tidak berperikemanusiaan. Karena kharismanya yang kuat, ia sukses memobilisasi jutaan orang untuk mendukung aksinya. Ia sukses menjadi ketua partai besar yang dikenal dengan nama partai NAZI.

Nafsu berkuasanya terus mendorongnya untuk menguasai seluruh dunia. Sifat-sifat buruknya, menyebabkan ia tega membunuh jutaan manusia. Nama orang ini adalah Adolf Hitler, seorang yang penuh bakat, kharisma dan prestasi. Namun tanpa karakter yang baik, akhir hidupnya hancur begitu saja. Dikenang sebagai orang terkejam.

Bukan itu kan yang kau inginkan?

2. Sukses yang baik membuat karaktermu bertumbuh semakin baik.

Bukan membuatmu semakin mengerikan. Jika kau mengenal seseorang yang kala dulu hidup sederhana. Memberi perhatian pada hal-hal kecil disekitarnya. Bagi orang yang membutuhkan kebaikannya jatuh seperti embun pagi. Ramah, baik, sabar, tulus tak cukup untuk disebut. Lalu kau juga tahu. Tuhan mengirim kemakmuran padanya. Membuatnya terbang terlalu tinggi. Lalu ia melihat semuanya begitu kecil tak berarti.

Selanjutnya ia menghapus semua kebaikan dihatinya. Kasar, merendahkan, arogan, sombong. Masih kurang untuk dikatakan. Menyedihkan bukan? Kurasa ini sukses yang buruk. Tentu kau setuju. Kemakmuran orang bodoh menghancurkan dan orang bebal dibinasakan oleh kelalaiannya.

3. Sukses yang baik adalah sukses yang awet

Tidak semua sukses itu bertahan lama. Ada orang yang suksesnya cuma sesaat saja, akhirnya mengalami kejatuhan dan kegagalan, serta tidak dapat bangkit kembali. Tetapi jalan orang benar itu seperti cahaya fajar, kian bertambah terang sampai rembang tengah hari.

Suatu kali, Warren Buffet, salah seorang pria terkaya di dunia, dengan nilai kekayaan sebesar 62 Milyar Dollar (sekitar 620 Triliun Rupiah), diwawancarai oleh stasiun televisi bisnis Amerika CNBC tentang pengertian sukses. Buffet yang saat itu berusia 84 tahun menjawab, "Saat seseorang mencapai usia seperti saya, dan punya orang yang mencintai dan dicintai. Orang demikian dapat dikategorikan sukses. Sukses bukan soal punya uang atau tidak. Sukses adalah mengerjakan sesuatu yang sangat Anda sukai dan melakukannya dengan baik". Begitulah pesan Warren Buffet.

Warren Buffet berhasil mencapai sukses yang langgeng dalam hidupnya. Sejak muda, sampai di usia senja sekarang ini, ia menikmati sukses dan kebahagiaan batin yang luar biasa. Selain karena sikap hidupnya yang memilih untuk tetap hidup sederhana, sekalipun harta yang dimiliki melimpah, tetapi juga karena hatinya dermawan dan suka memberi. Ia menyumbangkan 85% kekayaan kepada yayasan yang dimiliki Bill Gates dan istrinya, sebuah yayasan untuk memerangi malaria. Namun toh, setelah ia menyumbangkan kekayaannya tersebut, di tahun berikutnya, justru Warren Buffet sempat menggeser posisi Gates sebagai orang terkaya di dunia.

Sukses yang baik adalah sukses yang bertahan lama, bukan hanya sukses sesaat, yang sebentar naik kemudian meluncur turun tajam. Perlu sebuah kekuatan karakter serta integritas yang kuat untuk bisa mempertahankan sukses, bahkan terus membawa kesuksesan tersebut naik tinggi.

Untuk membangunnya kau harus memiliki pondasi yang benar, kokoh dan mantap berlandaskan pada Tuhan. Hanya ketika pondasi kita benar, apapun yang dibangun diatasnya kokoh dan terus menjulang tinggi.

Kuharap kau mengingatnya, pikiran negatif tidak akan menghasilkan kehidupan positif.

bersambung...