Saturday, December 17, 2016
Stamina untuk Terobosan Besar
Hari ini aku ingin menyambung perjalanan dari Gilgal ke Betel dan Yerikho. Memulai suatu permulaan baru tentu sangat menyenangkan untukku. Tapi aku tahu, tidak hanya memulai saja. Kita juga harus menyelesaikannya. Ibarat bepergian keluar kota menaiki mobil, kita membutuhkan bensin untuk melanjutkan perjalanan. Dan untuk melanjutkan suatu permulaan baru kau membutuhkan stamina.
Tanpa stamina semua yang kau mulai bisa terhenti, stagnasi dan tak menghasilkan apa-apa. Aku butuh kekuatan dan keinginan yang menyala-nyala. Begitu pula dengan kau. Elisa dalam kisah kemarin punya keinginan yang menyala-nyala. "Nggak cukup hanya sampai ke Gilgal! Aku harus ke Betel! Nggak cukup hanya di Betel! Aku harus ke Yerikho! Dan nggak cukup hanya sampai Yerikho! Aku akan mengejar terus sampai urapan dobel porsi itu jadi milikku!"
Rintangan apapun! Halangan apapun! Aku tetap maju sampai aku menang! Jika kita mau mengalami terobosan kehidupan besar, kobarkanlah keinginan yang menyala-nyala. Semangat yang luar biasa. Tuhan itu memampukan kau untuk melewati batas yang kau tetapkan sendiri. Selama kau mau!
Jika aku loyo, "Ya sudah, seperti ini saja sudah cukup. Yang penting bisa makan dan minum". Atau yang menjadi pengusaha, "Ya, sekarang semua sudah cukuplah. Apalagi yang mau dikejar? Yang penting hidup tenang menikmati hari tua. "No, no, no... Kontrakmu belum habis, begitu juga kontrakku masih diperpanjang dan Tuhan belum memanggil kita pulang.
Itulah musuh terbesar pertama di Betel. Namanya adalah kenyamanan. Aku sudah enak. Kau sudah ada di "comfort zone". Untuk apa aku ambil resiko dan berkorban lebih banyak. Setelah itu kemajuan kita berhenti. Selamanya tidak ada terobosan. Maukah kau seperti itu?
Jangan ijinkan kenyamananmu merampas terobosan yang lebih besar yang sudah Tuhan rencanakan bagimu. Kalahkan kenyamanan, terus melangkah maju lagi dan alami keajaiban Tuhan yang luar biasa.
Ada suatu kisah, seorang ada yang memprotes ayahnya. "Yah, aku capek belajar, harus sekolah, lalu pulang masih belajar lagi, mengulang-ulang yang telah kupelajari. Lebih enak temanku, ia bebas bermain-main dan menonton. Tidak sepertiku."
"Yah, aku capek harus membantu membersihkan rumah. Lebih enak temanku, ia punya pembantu, tidak usah melakukan pekerjaan melelahkan ini".
"Yah, aku capek harus hemat-hemat, harus menabung, enakan temanku, ia bebaskan membeli apa saja dan menghabiskan uang jajannya."
"Yah, aku capek harus jaga sikap. Bersikap manis, sopan dan menahan diri untuk tidak melakukan semua keinginanku. Pokoknya aku capek!"
Ayahnya tersenyum mendengarnya. "Ayo, ikut aku! Kita akan pergi ke suatu tempat."
"Kemana?", tanya anaknya keheranan. "Ikuti saja, nanti kau akan tahu.", ujat ayahnya bersemangat. Si anakpun mengikuti ayahnya pergi. Ternyata jalan yang diambil sangat buruk dan panjang, berbatu-batu, sempit, licin, curam, naik dan turun, becek-becek. Mengalami hal ini, si anak protes lagi. "Mau kemana sih yah? Mengapa jalannya sesulit ini? Kakiku pegal, becek-becek, tidak menyenangkan."
"Sabar aja, sebentar lagi kita sampai.", sahut ayahnya tenang.
Singkat cerita, mereka tiba di suatu tempat. Tempat yang indah yang sukar dilukiskan dengan kata-kata. Begitu hijau, begitu segar dan bersih dengan suara air, kicau burung dan tak ada seorangpun selain mereka di sana! "Bagaimana tempat yang seindah ini, tidak ada orang selain kita, Yah? Keindahannya melebihi sukarnya perjalanan yang kita lewati tadi."
"Banyak orang mau melihat keindahan ini, tetapi tidak mau berjuang melalui perjalanan terjal yang kita lewati tadi. Banyak orang menginginkan hasil yang baik, tetapi tidak mau mengusahakannya. Banyak orang tidak mau berjuang, tetapi mau hasilnya. Itulah sebabnya, hanya ada kita di sini.", sahut ayahnya sabar.
Untuk mencapai semua itu kita harus "bertahan sampai akhir". Saat kau dan aku ingin memiliki stamina yang cukup untuk mengalami terobosan besar, kita butuh keyakinan, kita butuh iman untuk tetap bertahan sampai titik terakhir. Sebab musuh terbesar kedua saat kita berada di Betel adalah keputusasaan.
Semua orang tahu tentang kisah bangsa Israel yang merebut tanah perjanjian. Namun kebanyakan orang tidak memperhatikan iman yang di miliki oleh mereka. Ketika menghadapi masalah yang besar, musuh-musuh raksasa, ketika hati mereka sesaat merasa gentar menghadapi tekanan yang besar. Kadang semua orang merasa begitu, seperti tidak ada lagi kekuatan yang tersisa.
Semua orang juga tahu kisah Abraham. Ia menanti dengan sabar dan dengan demikian memperoleh apa yang dijanjikan kepadanya. Walaupun usianya tidak lagi memungkinkan, 90 tahun! Sementara istrinya mandul, sudah tidak haid. Ia tetap percaya dan tidak putus asa. Hal yang sulit dilakukan banyak orang.
Kekuatan dibangun melalui tekanan. Kau dan aku juga tahu. Namun walaupun otak kita sudah pintar dan mengerti akan hal itu, hati kita masih kurang pintar. Ketika ujian datang kita malah sering memilih untuk memiliki keputusasaan. Mulai sekarang jangan lakukan itu. Kau dan aku harus memiliki keyakinan. Kekuatan memang dibangun melalui tekanan. Seperti atlet-atlet, itu adalah latihan otot supaya otot iman kita makin terbentuk. Tekanan-tekanan itu tidak akan menghancurkan kita. Ia berjalan bersama kita. Tekanan yang lebih kuat, membentuk kita lebih kuat.
Tempat ketiga untuk memasuki terobosan adalah Yerikho. A place of spiritual warfare. Tempat di mana Yesus digoda iblis saat berpuasa 40 hari. Arena perang pertama yang harus dilalui Bangsa Israel sebelum merebut Tanah Kanaan. Inilah tempat kita diserang! Iblis dengan segala kekuatannya akan menyerang kita. Namun kita juga harus ingat, Tuhan tidak pernah meninggalkan kita. Jika masalah yang datang teramat besar, jangan melihat masalahnya, lihat Tuhan yang lebih besar. Jangan kau dan aku melarikan diri dikejar-kejar masalah. Daripada begitu, lebih baik kita menjadi orang yang membuat masalah tunggang langgang dari hidup kita.
Tuhan tidak pernah meninggalkan kita sendirian. Meski seringkali, ketika sedang berjuang menghadapi kehidupan, kita cenderung merasa ditinggalkan. Beratnya tantangan dan permasalahan yang berat menghadang kerap membuat kita gentar. Semakin kita mengamati besarnya berbagai rintangan yang berada di hadapan kita, semakin bertambah besar semuanya itu dalam pandangan kita. Ketika Yosua telah berada di dekat Yerikho, kota benteng terkuat di tanah perjanjian, mungkin itulah yang dirasakan olehnya. Kini tinggal selangkah lagi untuk masuk dan merebut apa yang telah Tuhan janjikan, tetapi itu juga berarti ia kian mendekati raksasa-raksasa besar penguasa tanah Kanaan. Sangat manusiawi jika saat itu ia merasa goyah. Sampai ia melayangkan pandangannya dari Yerikho sampai kepada Panglima Balatentara TUHAN yang berdiri didepannya dengan pedang terhunus di tangan-Nya. Seakan mengatakan, "Tenanglah, Aku ada di sini dan siap untuk berperang bersamamu." Bukan hanya menyatakan kehadiran-Nya, tetapi Tuhan juga memberitahukan Yosua langkah-langkah yang harus dilakukannya demi memenangkan pertempuran tersebut. Yaitu dengan mengitari kota Yerikho sebanyak tiga belas kali selama tujuh hari lamanya. Sungguh strategi perang yang tidak masuk akal di mata manusia, tetapi Yosua mematuhinya.
Setelah itu Yosua dan bangsa Israel yang dipimpinnya menuliskan sejarah yang paling fenomenal. Tidak pernah terjadi dalam sejarah manusia, sebelum dan sesudah itu, sebuah benteng yang terkenal karena kekokohannya dirobohkan hanya dengan dikeliligi berarak-arakan.
Kita ada di tengah peperangan roh yang kebanyakan orang tidak sadar. Peperangan itu adalah antara kita, yang termasuk dalam Kerajaan Allah, melawan iblis yang menguasai Kerajaan Kegelapan. Sadarlah dan berjaga-jagalah, lawanmu si iblis berjalan seperti singa yang mengaum-ngaum dan mencari orang yang dapat ditelannya. Ini berarti ada yang dapat ditelannya dan ada yang tidak. Sadar dan berjaga-jaga, orang-orang yang ini tidak akan terkecoh sama sekali.
Ia akan menyerang dimensi jasmani, jiwa dan roh. Kedengarannya memang aneh, karena itu banyak orang tidak sadar dan berjaga-jaga. Contoh penyerangan dalam dimensi roh. Ada orang yang sakit dan tidak bisa berkarya apapun. Ia diserang secara roh. Setelah roh itu diusir keluar dari dalam tubuhnya, ia kembali normal dan dapat beraktivitas maksimal. Tetapi dapat juga telak-telak secara jasmani. Hidup secara serampangan, makan makanan tanpa tahu ada zat-zat apa yang ada didalamnya, yang penting enak. Semua makanan tidak sehat memang dibuat seenak mungkin sehingga kita mau memakannya. Banyak orang tentu mau makan makanan ini.
Bila kau memancing, kau akan memberi umpan pada kailnya atau langsung kau berikan kailnya saja? Tentu saja dengan umpan yang gemuk dan menari-nari, sehingga sewaktu si ikan melihatnya ia akan berkata, "Wow, kelihatannya lezat sekali!". Jika hanya kau berikan mata kail saja dan si ikan masih mau memakannya, itu namanya ikannya kegoblokan.
Kau dan aku pastu memiliki cara hidup yang berbeda dengan kebanyakan orang jika kita sadar ada dalam peperangan roh.
Senjata yang kita pakai dalam peperangan roh adalah Firman. Di Yerikho, Yesus ketika menghadapi peperangan roh dengan setan, Ia selalu menjawab dengan :"Ada tertulis...". Yosua juga sama, ia menang dalam peperangan roh di Yerikho dengan Firman, yaitu pedang roh. Itu sebabnya penting bagi kita untuk terus membaca Firman setiap pagi hari.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment