'Percaya' kalo dalam bahasa Indonesia ya 'percaya' aja. Nggak ada kosakata lain yang sama. "Aku lebih suka pake bahasa Inggris untuk jelasin bedanya percaya dan "percaya". 'Believe' dan 'trust' itu berbeda", kata suamiku waktu itu. Dia ngomong itu kira-kira 8 tahun lalu dan itu berarti aku nggak pikun walaupun sering lupa. Kata orang sering lupa itu gejala-gejala pikun. Yaa.. pernyataannya bukan buat aku kok. Aku mah apa gitu lho.. Membaca aja aku sulit, apalagi bikin boneka. Itu kan iklan jaman dulu.
Nah, berhubung kita ini orang Indonesia, dan orang Indonesia itu adalah orang-orang yang percaya pada Tuhan, coba mari kita hubungkan dengan hati yang percaya pada Tuhan. Pada dasarnya kepercayaan itu bukan sekadar agama, tapi kepercayaan itu adalah 'hubungan'. Hubungan pribadi dengan Tuhan. Ini maknanya lebih dalam lho..
Kenapa to? Tuhan suka dengan orang yang hatinya bisa percaya pada-Nya? Apa sih arti dari hati yang percaya?
Ada satu kisah pemain sirkus yang ahli berjalan di seutas tali namanya 'aku lupa' haha. Saking ahlinya ia sudah coba berjalan ditempat-tempat tinggi tanpa pengaman. Satu saat ia mau berjalan di atas air terjun Niagara. Wuih, penonton yang datangpun berbondong-bondong datang dari semua penjuru. "Kalian percaya? Aku bisa melewati air terjun ini ke seberang sana?", tanyanya. "Yaaa.... kami percaya. Kamu paling hebat", mereka menjawab dengan bersorak-sorai. "Lalu apa kalian juga percaya aku bisa melewati air terjun ini ke seberang sana sambil menggendong seseorang?", tanyanya lagi. Mereka tambah takjub dan heboh. "Yaaa.... yaaaa.... kamu pasti bisa! Kami percayaa...", seru penonton gegap gempita. "Lalu sekarang saya membutuhkan sukarelawan. Siapa di antara kalian yang mau kugendong melewati air terjun ini sampai ke seberang sana?", tanyanya ke arah penonton.
Tiba-tiba keadaan sunyi senyap. Suara nyamuk terbangpun kedengaran. Penonton saling berpandangan. Menurutmu aneh nggak? Lha iya, katanya 'percaya'? Aku sih percaya. Kalo dia dan orang lain yang melakukannya. Asal bukan aku. Lha kalo jatuh kan bisa idup eh mati. Ooo... baru paham bedanya 'believe' dan 'trust'.
Dalam keheningan dan keributan hati banyak pihak. Akhirnya... "Aku mau melakukannya", jawab seorang pemuda belia. "Lhoo... jangan, Nak. Kamu masih muda. Ganteng lagi. Kalo jatoh bagaimana? Dunia kehilangan seorang pemuda ganteng?", kata beberapa orang penonton galau.
Akhir kata pemuda itupun digendong melewati air terjun ditonton ratusan pasang mata yang sesak napas karena kelamaan menahan napas. Akhirnya keduanya tiba dengan selamat sampai di rumah. Maksudnya sampai di ujung tali. Setelah adegan galau selesai, sorak sorai tepuk tanganpun kedengaran lagi.
"Wow... Kalian hebat! Bapak 'lupa namanya' hebat! Pemudanya juga hebat! Sangat berani! Kok berani banget kamu mengorbankan nyawamu?", tanya seorang penonton heran. "Karena beliau itu adalah papaku", jawabnya mantap. "0ooo... bulet. Nggak heran dia percaya, wong itu 'bapaknya'.
Nah, kita juga punya 'Bapak' di sorga kan? Apa kita juga benar-benar udah percaya sama Dia? Bukan percaya-percayaan kayak penonton sirkus di atas. Pada omdo (omong doang). Percaya yang artinya keputusan untuk tinggal tenang dan yakin Tuhan yang pegang kendali. Ah, teorinya mah begitu. Aku mah apa...
Ada kok kisah benerannya. Si Raja Yosafat lagi perang lawan 3 musuh, bani Moab, bani Amon bersama sepasukan orang Meunim. Baru sibuk ngurusin yang ini, raja dikasi tau ada pasukan laskar yang sangat besar mau memerangi dia juga. Raja Yosafat ketakutan lalu berdoa kepada Tuhan. LALU BERDOA KEPADA TUHAN. Takut itu wajarlah. Tapi ngapain setelah takut? Mau kabur? Sembunyi di balik tembok lumutan dan bau? Idih... liat dong raja Yosafat. Lalu mencari Tuhan yang ia 'TRUST'. Takutnya jadi hilang dan berani maju perang lalu menang.
Kok bisa sih orang-orang itu kepikiran berdoa cari Tuhan? Biasanya aku ketakutan lalu panik terus lupa. Lupa segalanya... Jangankan mau doa. Wong sama kamu aja udah lupa. Hilang ingatan.
Fokus dong... Fokus... Hati kita itu harus tertuju pada Tuhan. Jangan pada masalahnya. Wong kita itu terbatas. Kalo kita fokus sama masalah dan ketakutan, kita itu bergerak dari posisi rapuh. Namanya juga aku gini lho... Kurus, idup lagi.
Sederhana kan teorinya? Kalo kita tinggal tenang dan percaya di dalam Tuhan. Nggak ada lawan. Siapa yang bisa lawan Tuhan sih? Mata kita tertuju pada Tuhan, ya kita bergerak dari posisi kuat.
Hati yang percaya itu yakin Allah turut bekerja dalam segala hal untuk mendatangkan kebaikan buat kita. Walaupun terlihat buruk, kita percaya akhirnya pasti baik. Raja melihat musuhnya terlalu banyak. Secara manusia nggak mungkin menang. Tapi "Mataku tertuju pada-Mu". Ia percaya dengan Tuhan. Sekalipun keadaan terlihat serba tidak baik. Ia berani percaya.
Percaya berarti bergantung penuh pada Tuhan. Raja berkata kepada rakyatnya, "Percayalah kepada Tuhan Allahmu, dan kamu akan tetap teguh. Percayalah pada nabi-nabi-Nya dan kamu akan berhasil."
Hasilnya apa ketika mereka semua begitu percaya Tuhan? Masalah besar diubah Tuhan jadi Mahkota besar. Mereka musuh-musuhnya malah bunuh-bunuhan sendiri. Enak bener ya? Pas mereka datang semua udah mati. Tinggal menjarah barang-barang yang begitu banyak. Tiga hari menjarah nggak abis. Bayangin aja kalo mall paling besar di Jakarta dijarah mungkin nggak sampe satu hari ludes. Lha ini, satu bangsa menjarah tiga hari.
Hebat ya efek 'percaya' ini.
No comments:
Post a Comment