Kita semua butuh makanan. Tak seorangpun dapat hidup tanpa makanan. Yah, mungkin bisa bertahan beberapa lama. Namun tak akan lama. Makanan mempengaruhi akan seperti apa bentuk tubuh kita ini. Makanan mempengaruhi seperti apa kesehatan kita di masa yang akan datang. Apakah sehat atau tidak? Bahkan seperti apa energi kita hari ini ditentukan oleh makanan.
Sayang, banyak orang salah kaprah soal makanan. Mereka pikir mengikuti pola makan yang dilakukan sejak kecil sudah benar. Padahal belum tentu! Mereka pikir sakit penyakit itu mutlak karena keturunan. Semua karena gen. "Pantas anaknya sakit jantung, orang tuanya juga begitu. Kakeknya juga begitu. Jadi tidak heran." Atau anaknya kena diabetes, salah satu orang tuanya juga sama. Neneknya kena juga. Itu sudah genetik!
Padahal ini tidak sekadar gen. Tidak muncul begitu saja dari dalam tubuh. Bisa saja kebiasaan makan makanan yang sangat manis sejak dari kecil yang terus berlanjut sampai dewasa. Lalu karena terbiasa kita merasa tidak ada yang salah. Terus dan terus melanjutkan kebiasaan buruk.
Kadang tubuh sudah mengirimkan sinyal-sinyal ketidaknyamanan. Hari-hari yang berlalu dengan tubuh kurang sehat misalnya. Sudah saatnya kita mengecek, apakah dalam seminggu ini, kita lebih banyak merasa energik dan bersemangat menjalani hari, atau kita merasa lemas, lelah dan tidak bersemangat. Ketika kita terus-terusan mengabaikan sinyal yang dikirim tubuh, pada satu titik kerusakan parah akan terjadi.
Ingat, penyakit tidak datang dalam satu atau dua hari. Banyak orang merasa beruntung ketika mendapat kesembuhan Ilahi. Sudah divonis dokter umurnya tinggal tunggu waktu. Tiba-tiba dapat mujizat kesembuhan. Kesembuhan Ilahi memang luar biasa. Tetapi tahukah Anda? Kita tidak perlu sakit dulu untuk menjadi sehat. Selain kesembuhan Ilahi kita juga bisa mendapatkan kesehatan Ilahi. Caranya tentu saja menjaga tubuh kita dengan baik.
Bagaimana kalau sudah mendapat kesembuhan Ilahi namun terus menerus kembali kepada pola makan yang lama? Kira-kira penyakitnya balik lagi ngga? Satu kali, dua kali, okelah sampai tiga kali mendapatkan mujizat. Namun jika berlaku seperti kerbau yang setelah dibersihkan masuk kembali dalam kubangan. Pada akhirnya tanpa jadi peramal tentu kita tahu apa jadinya.
Saat ini industri makanan berlomba-lomba membuat makanan enak. Selain memanjakan lidah kita, tentu ini demi mengeruk keuntungan yang besar pula. Sudah pasti terjadi bahan-bahan yang tidak seharusnya masuk dalam tubuh kita malah ada dalam makanan mereka. Banyak kue-kue atau biskuit yang sangat manis yang tidak baik untuk kesehatan kita. Produk-produk dengan pengawet, pemutih bahkan bahan-bahan kimia tertentu diolah menjadi makanan.
Saat ini gula menjadi salah satu musuh terbesar tubuh kita. Ketika kita terus menerus mengkonsumsi minuman soda atau juice yang sangat manis. Tanpa sadar kita menjadi kecanduan. "Tidak apa-apa, jus buah itu menyehatkan kok." Namun jus itu mengandung gula yang sangat tinggi. Kecanduan gula sebenarnya dalam otak kita, persis seperti kecanduan narkoba. Dan ini berbahaya. Kita terus menerus mencari makanan dan minuman yang memanjakan lidah kita.
Sebenarnya kita ini tidak sekadar memberi makan untuk lidah kita. Patut dipikirkan juga, bukan hanya lidah. Makanan itu untuk seluruh tubuh kita. Kisah Esau yang menjual hak kesulungan karena semangkuk sup kacang merah yang terlihat lezat, menjadi bahan perenungan kita. Bagaimana mungkin warisan yang besar ditukarkan dengan semangkuk sup. Sebenarnya kita makan untuk hidup atau hidup untuk makan?
Namun saat ini banyak orang hanya mengutamakan soal 'rasa' di lidah. Sebenarnya tidak hanya saat ini, sejak jaman Musa bahkan sudah terjadi. Ketika bangsa Israel diberi makan daging berupa burung puyuh. Allah menyuruh mereka makan secukupnya. Daging bagi mereka adalah makanan mewah yang sangat enak. Maka dari itu ada diantara mereka yang terus makan sampai 36 jam! Mengerikan sekali. Allah sampai memberikan tulah karena tidak senang dengan perbuatan mereka.
Makan secukupnya saja. Jangan makanan dua hari dimakan dalam satu hari. Jangan terpesona dengan anggur yang mengilau dalam cawan karena kesenangan sesaat itu ujungnya mematikan. Makanlah makanan yang baik untuk tubuh. Jangan makan tanpa memperhatikan isinya. Gandum untuk membuat roti dulu berbeda dengan gandum pembuat roti saat ini. Cerita tentang Daud dan para pegawal yang memetik bulir-bulir gandum, yang dimaksud adalah gandum utuh. Mengupas kulit luarnya dan memakannya. Lapisan kedua disebut embrio yang banyak mengandung vitamin serta unsur baik lainnya. Lapisan ketiga adalah bran yang menghancurkan kolesterol jahat serta zat buruk lainnya.
Saat ini lapisan kedua yang mengandung lebih dari 80% zat baik telah dibuang supaya roti lebih tahan lama. Lapisan kedua membuat roti tidak awet dan cepat basi. Lapisan ketiga juga dibuang karena rasa seratnya yang kasar. Maka hanya digunakan lapisan yang keempat. Ampasnya saja. Walaupun roti yang dihasilkan lebih lembut, warna roti jadi abu-abu. Lalu ditambahkan zat-zat lain yang membuat roti lebih enak. Tidak ketinggalan juga pemutih, sejenis pemutih pakaian supaya roti nampak menarik.
Bayangkan roti yang seakan lebih lembut dari makanan yang Tuhan ciptakan untuk kita. Semakin tahan lama dan tidak cepat basi, rasanya semakin untung. Semakin putih terlihat semakin menarik. Sudah saatnya kita mencari tahu, bahan-bahan apa yang kita masukkan dalam tubuh?
Makanlah makanan yang memang Tuhan ciptakan untuk di makan. Ini adalah kunci pertama untuk mengecek makanan seperti apa yang baik untuk tubuh. Selain itu kita harus mengusahakan sesedikit mungkin pengolahan. Daging sapi memang menyehatkan. Tetapi tidak sama setelah dihancurkan, diasinkan, diberi pewarna dan pengawet lalu dimasukkan dalam kaleng dengan nama baru, yaitu kornet. Kelihatannya jauh lebih enak tetapi berbahaya untuk tubuh kita.
Kalau sudah mengerti rasanya kita harus menaruh pisau di leher setiap menghadapi makanan lezat supaya tahu menahan diri. Hahaha... Coba siapa di antara kita yang tahu, setiap kita hadir dalam resepsi pernikahan yang terdapat banyak stand. Stand makanan mana yang lebih dulu habis? Sudah pasti yang menyediakan daging, bukan stand buah dan sayur yang baik untuk tubuh. Sekarang setelah Anda benar-benar menyadari kebaikan buah dan sayur. Maukah Anda jika nanti menghadiri pesta pernikahan atau jamuan makan lainnya, menyerbu dulu stand buah dan sayur?
Ketika kita makan, dalam sepiring itu biasanya daging dan nasi yang porsinya paling banyak. Sekarang kita ubah ya? Setengahnya berisi sayur-sayuran yang tidak bertepung, seperti brokoli, kembang kok, bayam, pok choy dan lainnya. Seperempat berisi daging dan seperempat lagi nasi merah atau nasi hitam.
Nasi merah dan nasi hitam masi memiliki kulit ari yang diperlukan tubuh. Beras putih telah melalui proses penggilingan berkali-kali. Bahkan semakin putih dinilai semakin bagus. Padahal proses pemutihan yang dilakukan juga tidak baik untuk kesehatan.
Ayo, kita jaga makanan kita mulai sekarang. Demi tubuh yang lebih sehat.
No comments:
Post a Comment