Hidup Lebih Baik

Tuesday, December 29, 2015

Orang Aneh


Berawal iseng-iseng mengambil foto. Proses pembersihan ikan. Jepret... jepret... Hah? Ikannya di sikat hidup-hidup! Saya mengurungkan niat untuk memperhatikan lebih jauh dan segera mengalihkan pandangan menuju pintu masuk. Tepat saat saya mambalikkan badan kemudian, saya melihat ikan lain meronta-ronta dalam jaring melompat menggelepar. Kemudian diambil dan dibanting sama mas-masnya. Alamak... bener-bener tidak berperikeikanan. Mendingan saya masuk dan tunggu di dalam daripada nggak bisa makan nanti. Walaupun saya tidak percaya reinkanarsi dan yakin setelah mati mereka tidur selamanya. Tetap saja hati saya iba sama ikan-ikan ini.

Jadi teringat kisah lampau memelihara beberapa gurami dan lele. Rencana A dimasak sendiri. Rencana B dibawa ke restoran minta tolong masakin! Saya sering memandangi mereka sambil berpikir, "Kok nggak besar-besar?" Seiring waktu mereka menjadi super besar dengan badan aduhai. Akhirnya kami menjalankan rencana C, memelihara dibelakang rumah sampai mereka tua dan mati. Lalu dikuburkan dibelakang rumah. Dasar orang aneh! Seorang teman menertawakan saya. 

Julukan orang aneh itu terasa begitu melekat diotakku sejak kecil. Aku selalu bertanya-tanya dalam hati, "Mengapa orang lain tidak aneh dan aku aneh?" Sepanjang hidupku bertambah juga bukti-bukti yang menguatkan 'aku aneh'.

"Aku heran mengapa dia tertarik padamu, bahkan menjadi suamimu?"
"Aku lebih heran lagi ada orang sekurus kamu?", celetuk yang lain.
"Apa yang dia lihat darimu?"
"Aku tidak tahu", gumamku.

Ketika aku mengandung seorang anak dokter Andrie memberikan begitu banyak resep vitamin dan nafsu makan. Kehamilan pertama, kehamilan kedua, kehamilan ketiga dan keempat. Bahkan ia mengeluarkan tabel perbandingan antara berat dan tinggi badan untuk menunjukkan betapa tidak seimbangnya diriku. Aku hanya tersenyum.

Terakhir seorang teman bertanya dengan nada serius, "Apa yang kamu lihat ketika berada di depan kaca? Apa kamu merasa aneh?"
"Biasa aja, tidak merasa ada yang aneh. Kurus ya? Suamiku kan kurus juga", ujarku menjelaskan.
"Tubuhmu itu nggak normal, coba deh lihat baik-baik di depan kaca. Jika kamu merasa normal berarti kamu itu sakit. Dengan tinggi 163 coba berapa beratmu? Nggak sampai 40 kg kan?"
"Aku 38 kg sih sekarang. Kemarin naik 1kg", sahutku pelan.

Belajar dari buku Ajahn Brahm, jika ada masalah pasti ada solusi atau jawaban. Jika tidak ada solusi atau jawaban itu namanya bukan masalah. Biasanya aku selalu bertanya pada Tuhan jika tidak mengerti sesuatu. "Tuhan, kenapa tubuhku berbeda dengan yang lain? Mengapa begitu kurus sehingga orang-orang memandangku aneh?" Tidak kudapatkan jawaban dari Tuhan. Jadi walau hal itu mengganggu aku berusaha menganggapnya tidak ada.

Hari ini sangat spesial 25 Desember 2015, aku sudah terlambat untuk sesi pertama karena bangun kesiangan. Dan terburu-buru bersiap untuk sesi kedua. Sebenarnya tidak terlambat, namun karena hari Natal lebih pagi lebih baik. Benar, tempat parkir tidak kami dapatkan. Alhasil kami terus berputar-putar naik ke tingkat yang lebih tinggi. Di lantai 10 dengan tergopoh-gopoh kami berlari memasuki gedung. Di lantai atas itu iklan besar memanjang di sisi dinding. Kurasa Tuhan telah mengirim jawaban dan menyuruhku membaca.
"I'm not weird, I'm limited edition.
Terima kasih Tuhan,
Aku tidak aneh, Aku edisi terbatas", ucapku terharu.

Aku merasakan tulisan ini juga ditujukan untuk temanku. Kisah ini tidak untuk menyalahkan seseorang. Justru aku merasa beruntung dan berterima kasih dikelilingi oleh orang-orang yang memperhatikanku.

Foto diambil di dapur luar Bintang Aceh, ikannya segar, mie Acehnya enak walaupun terlalu pedas untukku. Awalnya keluarga ipar yang mengajak makan siang bersama. Makanannya cukup oke dengan orang-orang yang ramah. Namun ketika melangkah masuk terlihat banyak pendingin ruangan yang tidak berfungsi. Dan tepat disebelah meja kami terdapat genangan air yang berasal dari AC yang bocor. Ruangannya cukup besar. Penampilannya masih bisa ditingkatkan. Di luar saya melihat panggangan besar seukuran meja makan klasik. Barisan udang berjajar rapi hanya diujungnya. Itulah pesanan kami. Tidak ada pengunjung lain di sini. Entah kenapa? Suasana ruangan? Suhu yang panas karena pendingin ruangan tidak berfungsi? Atau suatu kebetulan.

Oh iya, seperti biasa setiap kami hampir selesai makan selalu ada pengunjung lain yang datang. Kebetulan yang aneh. Dan foto ikan sengaja tidak saya cantumkan. Yg jauh tidak terlihat menarik dan yang dekat mengerikan.

No comments:

Post a Comment