Hidup Lebih Baik

Thursday, December 31, 2015

Hadasa (episode 1)

"Hadasa... makan siang sudah siap. Sayur bayam kesukaanmu, oseng tempe serta kerupuk ikan".
"Yaa Nenek... aku siap memakan... semuanyaaa", jawabku sambil menghampiri nenek.
"Aku sayang Nenek dan juga Kakek".
Nenek memelukku dengan kasih sayang. Pelukan yang terasa hangat di hati.
Di rumah kecil ini kami tinggal bersama. Aku, Nenek dan Kakek. Kami terlalu bahagia sampai-sampai tidak menyadari rumah ini terlalu sederhana dengan pembatas rumah yang hanya menggunakan gedheg*.

Bagiku nenek dan kakek adalah paduan yang menakjubkan. Nenek bersuara merdu, ahli memasak berbagai jenis masakan Jawa, hobi menjahit dan membuat kerajinan tangan.

Aku beruntung lahir di kota yang indah dengan rumah-rumah bergaya kolonial. Aku pikir kamu ingin mengetahui rumahku. Jika kamu menggunakan mobil mungkin sedikit kecewa menemukan gang yang hanya cukup dilalui sebuah mobil. Setelah lega berbelok menuju jalan yang lebih besar, kamu harus berjalan kaki menyusuri lorong yang lebih kecil. Mungkin bagimu menyebalkan menemukan tembok tinggi berdinding kasar yang tidak diplester di sepanjang perjalananmu. Dan di sisi lain tiga buah rumah sederhana berderet rapi. Belum lagi ketika ayam-ayam itu dengan kotekannya berjalan melewatimu. Untukmu semua terasa asing. Setelahnya kamu akan melihat belokan yang berakhir buntu. Di tempat yang buntu itu kau akan menemukan rumahku. Bukan di sisi kiri atau kanan tapi tepat didepanmu.

Rumah dengan pagar kayu sederhana dan pohon-pohon gandarusa yang menjulur dari atas seakan menyambutmu. Hamparan suplir yang subur ada di dekat kakimu. Kuharap engkau tidak menginjaknya. Dan di sisi tembok pembatas akan kau temukan lautan anggrek yang merekah ungu. Kakek menggantung pohon-pohon gandarusa, menempelkan bunga-bunga anggrek dan menanam berbagai macam suplir supaya kamu merasa betah.

Ketika kakimu melangkah masuk, kau menyadari taman itu melebar ke sisi kiri. Pandanganmu akan segera beralih dan kamu akan tercengang melihat taman yang lebih indah. Perpaduan tanaman favorit kakek yang ditata apik. "Lalu apakah kau melihat jendela hijau itu? Ya, itulah kamarku!" Kakimu tak akan tahan untuk tak melangkah ke sana, meski jalan setapak berbatu yang ada cukup sempit. Di pagi hari aku membuka jendela untuk menemukan pemandangan ini. Dan aku tidak bisa menahan kebahagiaanku. Bagiku rumah ini romantis dan hangat. Kau cukup duduk menikmati pemandangan di sini dengan secangkir teh hangat. Dan harimu terasa lebih cerah. Atau kalau kau tidak suka mungkin sudah terkapar dari tadi. Semoga harimu indah di sini. Setelah mengalami perjalanan ke rumah buntu yang tak menyenangkan.


Bersambung....

Gedheg = dinding partisi anyaman bambu.

No comments:

Post a Comment