Waktu
itu kira-kira umurku 10th, mungkin sekitar kelas 4 SD. Ya... Tepat ada di sana!
Ingatanku melayang menuju ke masa silam, sekitar 25 tahun yang lalu. Hari itu sudah menjelang sore,
"Indah sekali cahaya di sana!". Entah mengapa, aku begitu menyukai pemandangan
ini. Sebisa mungkin aku sempatkan diri untuk melihatnya. Setiap hari!
"Engkau begitu mempesona. Taukah kamu? Setiap aku memandangmu, keindahanmu
tidak pernah sama!", seruku dalam hati. Aku juga tidak peduli jika
seseorang menganggapku gila karena aku bercakap-cakap dengan matahari.
Aku
tumbuh di sebuah kota kecil yang nyaman dengan orang-orang yang ramah dan
buku-buku yang berlimpah. Tidak heran kan jika tempat ini di sebut kota
pelajar? Aku merasa begitu beruntung, karena Tuhan sudah menempatkan aku di
tengah-tengah keindahan ini.
Sore
itu kaki kecilku melangkah dengan cepat. Menuju satu-satunya "kota buku" pertama,
terbaik dari yang pernah kukenal. Mungkin Anda merasa berlebihan ketika aku
menyebutnya kota. Mungkin juga Anda mengira aku salah menuliskan katanya.
Namun gadis cilik ini tidak melihat sebuah toko buku. Dengan berat badan yang
belum mencapai 20kg atau mungkin hanya 16kg, aku melihat dengan mata yang
berbeda. Yeah.. sebuah kota tersendiri. Kota favoritku. Tempat yang membuatku
hidup lebih baik, tumbuh lebih dewasa dan mewujudkan mimpi!
Berawal
dari kota kecil dan dimulai dari kesukaanku membaca buku. Perjalananku
bersama Gramedia yang sesungguhnya di mulai. Kalau diingat
kembali peristiwa ini bermula ketika orang tuaku mengajak aku dan adikku untuk
membeli beberapa buku yang mereka perlukan. Aku bersama-sama adik laki-lakiku turut
mampir ke Gramedia. Sesampai di sana kami berlarian dan tertawa-tawa sementara
orang tua kami memilih-milih buku. Lalu tiba-tiba datang seorang Bapak Satpam
berkumis tebal, bertubuh besar dengan kulit yang agak gelap. Kami ketakutan
melihat tampang galaknya. Namun yang mengejutkan Beliau tidak datang untuk
memarahi kami. Dengan suara yang lembut Beliau mengajak dan menggandeng tangan
kami. Memperlihatkan buku koleksi bergambar yang sangat indah. Hmm, Kami belum
pernah melihat yang seperti ini sebelumnya. Lalu segera dengan cepat tangan
mungil kami memilah-milah buku, melihat-lihat gambarnya dan menyimpannya
beberapa untuk di bawa kepada mama dan papa. Hari itu aku dan adik laki-lakiku
dibelikan beberapa buku bergambar sederhana.
Seiring
berjalannya waktu dan bertambahnya usia, aku telah beranjak dewasa. Bukan lagi
cergam Tintin, Asterix atau Agen 212. Juga bukan komik saku Marichan, Kungfu
boy, Dragon Ball atau Conan. Kali ini aku mendapatkan buku-buku pengetahuan
untuk bahan kuliah. Pernah suatu saat uangku habis setelah membeli beberapa
buku yang harganya cukup menguras dompet. Tapi aku masih menginginkan sebuah
buku lagi. Kupikir isinya cukup menarik. Diam-diam aku mengambil lembar catatan
beserta pulpen dari tasku. Dengan mengendap-endap aku menyendiri di satu tempat
yang sunyi dan mulai mencatat isi buku yang kuanggap penting.
Tiba-tiba
datanglah seorang satpam bertubuh kerempeng, menegur dengan nada cempreng yang
menyebalkan. "Mbak dilarang mencatat isi buku, tolong kembalikan buku itu
di tempat semula!" Aku mencoba berdalih, " Tapi Pak, Aku cuma
mencatat sedikit saja, boleh ya... 15 kalimat aja deh..." Lalu dengan
percaya diri, aku menunjukkan sekantong buku yang kubeli di sini dengan plastik
berlogo khas Gramedia. "Lihat Pak, Aku sudah beli banyak, uangku tidak
cukup untuk membeli lagi, ijinkan Aku mencatat sedikit saja yaa? 15 kalimat
saja.." Lalu pak satpam menjawab, "Tidak boleh! Memangnya di sini
perpustakaan umum? Tolong bukunya dikembalikan ya Mbak."
"Ughhh,
Dasar satpam kerempeng yang menyebalkan!" gerutuku dalam hati. "Masa
15 kalimat saja tidak boleh! Keterlaluan! Benar-benar pelit.. pelit..
pelit!" Aku berjalan lambat-lambat dengan langkah gontai. Kubiarkan
rambutku menutupi lebih dari setengah mukaku, sambil berharap tidak ada yang
melihat kejadian yang memalukan ini. Sesampainya di rumah, setelah berganti
baju, mandi sore dan bersantai, aku membuka bungkusan plastik Gramedia tadi.
Sambil
melihat-lihat isi buku yang kubeli, pikiranku kembali melayang ke peristiwa
siang tadi. "Hmm, Mungkin benar juga satpam tadi. Beliau cuma menjalankan
tugasnya dengan baik. Karena bisa-bisa aku mencatat 15 kalimat yang sangat
panjaaang sekalii... tanpa tanda koma dan titik" gumamku sambil
terkekeh-kekeh sendiri.
Tahun
demi tahun berlalu dan aku mempunyai pacar lalu menikah! Dengan kemampuan
memasak nol besar. Aku kembali ke Gramedia dan mencari buku-buku memasak.
Sebenarnya tanpa buku-buku tersebut aku masih bisa terjun ke dapur memasak
Indomie dengan telor ceplok kesukaanku atau telur dadar. Tapi astaga.. Sebagai
istri yang baik masa aku melakukan itu? Tentu saja tidak!
Setelah
itu aku mendapat kejutan besar. Aku hamil! Aku melihat muka suamiku
berseri-seri. Aku merasakan hentakan-hentakan kecil diperutku. Aku kembali
bersyukur ketika teringat betapa Tuhan mencintaiku. Membuatku merasakan semua
keajaiban ini. Dengan kebahagiaan yang luar biasa, aku kembali ke Gramedia dan
mencari buku-buku panduan tentang kehamilan, tentang membesarkan buah hati. Aku
berusaha hidup dengan lebih baik setiap hari. Dan membuat semua yang ada
disekitarku menjadi lebih baik.
Saat
ini mungkin usiamu sudah tua. Dan aku bukan lagi gadis cilik yang berlari kecil
ke arahmu. Tetapi aku tidak pernah meninggalkanmu. Aku menyimpanmu di dalam
hatiku.. sampai detik ini. Aku membiarkan anak laki-lakiku dan anak perempuanku
berlarian dengan langkah kecil yang lucu ke arahmu. Setelah itu mereka dengan
mata yang berbinar-binar dan semangat yang meluap-luap, membaca menggunakan
suara terbata-bata dipojokan. Selanjutnya, tentu saja.. membawa pulang setumpuk
buku dengan gambar-gambar yang mereka sukai.
Seperti
caraku melihat matahari terbenam dengan keindahan yang selalu berbeda. Demikian
juga aku memandang Gramedia. Aku juga terus percaya, kalau Gramedia selalu
mampu untuk melakukan dengan lebih baik.
Ada
banyak toko buku di Indonesia. Sama-sama berbentuk toko dan menyediakan
buku-buku yang kurang lebih sama. Namun Engkau sebagai pelopor memiliki cara
yang berbeda, ide yang berbeda dengan inisiasi dan inovasi baru yang berbeda
sesuai dengan perkembangan jaman yang terus berubah. Engkau bukan sekadar rumah
buku... atau surga buku. Engkau hidup! Di hati banyak orang dengan banyak arti
dan menjadi teman sejati bagi kami semua.
Terima kasih Gramedia.
Terima kasih Gramedia.